Di Pesisir Selatan (Pessel) masih bertahan sejumlah jenis silat. Jenis silat yang masih diwarisi oleh generasi sekarang pada umumnya terbagi menjadi dua. Sebagian mewarisi silek harimau dan sebagian lagi adalah silek luncua. Kedua duanya mendapat tempat tersendiri dari pewarisnya.
Silek harimau banyak berkembang di kawasan Balai Selasa, Linggo Sari Baganti, Lengayang, Batang Kapas IV Jurai dan Sutera. Sementara silek luncua bertahan di Lengayang, Surantiah, Batang Kapas dan sebagian Balai Selasa.Sementara di kawasan Tarusan jenis silek yang berkembang adalah silek Lintau dan Silek Kumango.
Namun umumnya perguruan silek tidak terpublikasi dengan baik. Di Pesisir Selatan tradisi menurunkan ilmu silek ini biasanya dari mamak ke kemenakan atau setidaknya silek diperoleh dari keluarga terdekat. Hanya satu dua murid silek yang sengaja datang dari luar untuk belajar.
Di Kambang guru yang masih aktif mengajar sileh terbilang masih banyak, misalnya Umar pengasuh Group Seni Cimpago Mudo, Buyuang Nuruik, Mariki dan sebagainya.
"Terkait dengan silek lama atau silek harimau, salah satu penyebab mengapa masih bertahan disebabkan gerakan gerakan silek itu mudah dipelajari, kemudian gerakannya indah dan menarik perhataian," kata Umar.
Kegiatan silek di sasarannya di Kampung Tarok Gadang hingga kini masih berjalan, paling tidak seminggu sekali. Menurutnya, ia mau saja memberikan ilmu silek kepada siapapun yang bersungguh sungguh untuk belajar.
"Tidak jarang pula ia menerima murid dari luar daerah, namun biasanya tidak lama sudah berhenti," kata Umar yang juga pelatih randai tersebut.
Silek luncua juga menjadi pakauian anak nagari. Silat jenis ini berbeda dengan silat harimau. Perbedaannya terletak pada jurus dan gerakannya. Silat harimau memiliki langkah gerakan memencak dan memerlukan ruangan atau lokasi luas untuk memainkannya.
Mariki (60), guru silat di Tb Tinggi Kambang, Lengayang mengatakan, urus dan gerakan silek luncua sangat simpel dan praktis. Kunci silat luncua adalah kunci mati dengan memainkan sendi dan engsel, artinya lawan tidak diberi kesempatan bergerak. Ia bisa dipergunakan dalam situasi sesulit apapun apalagi terdesak. Disini mungkin salah satu kelebihannya sehingga bisa bertahan dan digemari generasi kegenerasi.
Jurus pertama yang dipelajari murid silat jenis ini adalah gelek. Gelek adalah suatu gerakan mengelak dari pukulan lawan. Posisi tubuh lurus, kemudian saat tinju hampir tiba, pesilat memutar 80 derajad badan. Gelek disilat luncua tidak menggunakan telapak tangan, akan tetapi tinju lawan dielakkan dengan dada dengan memutar badan seperti tadi.
Setelah gelek mahir, jurus selanjutnya adalah tangkap kiri dan kanan. Tangan lawan yang sedang memegang pisau ditangkap sedemikian rupa, sembari mengangkat kaki kanan dengan posisi punggung kaki berada di pelipatan lawa atau belakang dengkul.
Setelah menguasi tangkap kiri dan kanan, maka selanjutnya sang pandekar sudah bisa memainkan patah kanan dan kiri, karena tangkapannya sama, hanya saja setelah tangan lawan ditangkap dan punggung kaki berada di belakang lutut maka tubuh lawan didorong dengan kekuatan kaki diiringi dengan jepitan kaki satunya lagi dan posisi siku akhirnya berada dirusuk atau dibawah ketiak lawan.
Mariki menyebutkan, jurus patah kiri dan patah kanan dilanjutkan dengan jurus ampok, alang babega, kabalai, sambuik ali, sambui sumbayang, sawuak, sandang. Terakhir pesilat akan dilatih menggunakan sambui lima. "Inilah pemutusan kaji.
Sambuik limo memerlukan ketelitian, kesigapan dan kegesitan, sebab dalam berlatih, biasanya pemain sudah diberikan pisau, parang atau benda tajam lainnya. Ia merupakan puncak dari pelatihan silek luncua. Biasanya, dari dua puluh orang yang belajar silat hanya satu atau dua yang bisa sampai ke sambuik limo.