Pesisir Selatan — Sekretaris Daerah Kabupaten Pesisir Selatan, Mawardi Roska, menghadiri kegiatan Coffee Talk Show bertajuk “Hulu Hilir Coffee Journey” dalam rangka memperingati hari jadi ke-4 UMKM "Ruang Buat Coffee Shop, di Rawang Painan pada Minggu (28/7/2025).
Turut hadir Kepala Dinas Pertanian Madrianto, petani kopi Edi, coffee enthusiast Ruswandi Rinaldo, pemantik diskusi Roma Riobernando, serta pemilik cooffe shop, Agung Primasetia, dan sejumlah komunitas penikmat kopi di Painan.
Ruang Buat sendiri mulai berdiri pada 26 Juli 2021 dan berlokasi di dekat GOR H. Ilyas Yakub, Rawang. Sebelumnya, Agung merintis usaha kopi dengan nama "Bombo Kopi" di Salido Kecil pada tahun 2020. Nama "Ruang Buat" awalnya digunakan untuk usaha kerajinan tangan dari barang daur ulang. Setelah menjalani masa pelatihan sebagai barista di Kopi Klinkink selama tiga bulan, Agung kemudian memutuskan membuka coffee shop sendiri di pertengahan 2021.
Dalam sesi diskusi, Kepala Dinas Pertanian, Madrianto, menyebutkan bahwa kopi merupakan salah satu dari 12 komoditas unggulan Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan data statistik, dari 15 kecamatan, 13 di antaranya memiliki perkebunan kopi, kecuali Lunang dan Tarusan. “Luas lahan paling besar berada di daerah Lengayang dan Rahul Tapan,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa Dinas Pertanian memberikan legalisasi kepada petani kopi berupa Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) untuk lahan di bawah 25 hektare. Sedangkan untuk lahan di atas itu, petani wajib memiliki izin usaha perkebunan.
Sementara itu, Edi, salah seorang petani kopi dari Pesisir Selatan, menyampaikan bahwa dirinya membudidayakan kopi jenis liberika karena produktivitasnya tinggi dan tidak memerlukan proses peremajaan. “Kopi ini bisa tumbuh hingga 15 meter. Satu pohon berusia 5-6 tahun bisa menghasilkan satu karung atau sekitar 20 kg biji kopi,” jelasnya.
Sekda Mawardi Roska dalam sambutannya menekankan pentingnya branding kopi lokal agar mampu bersaing di pasar nasional bahkan internasional. “Tantangan kita saat ini adalah bagaimana menjadikan kopi Pesisir Selatan, seperti liberika yang ditanam oleh Pak Edi, memiliki nilai jual tinggi seperti kopi Gayo dari Aceh,” ucapnya.
Ia juga mengajak generasi milenial untuk terlibat dalam pengembangan industri kopi dari hulu hingga hilir. “Coffee shop adalah bagian hilir, namun yang di hulu belum banyak tersentuh. Kita harus pikirkan bagaimana kopi lokal kita bisa diekspor agar pendapatan petani meningkat,” pungkasnya.