Jauh di pinggir kampung diujung Kenagarian Limau Gadang Pancung Taba Kecamatan IV Nagari Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan daerah yang berbatasan dengan alahan Panjang Kabupaten Solok seorang bidan desa bernama Zulmelia Siska kelahiran Duri 28 tahun silam mengabdikan ilmu kesehatannya.
Dengan menghuni rumah dinas yang merangkap menjadi Polindes ibu muda dua orang anak ini kesehariannya melayani masyarakat yang rata rata mata pencarian adalah petani dan berladang.Namun tidak terlihat diwajahnya kejenuhan dan kelelahan dalam usia yang masih muda sudah mengabdi didaerah yang terpencil jauh dari keramaian seperti kebanyakan bidan muda lainnya yang ingin bekerja di rumah sakit ternama dan dengan gaji yang besar.
Ketika mendatangi rumahnya bidan ini sedang bermain dengan putra keduanya Rheyan sedangkan putri pertamanya Khayla juga sedang bermain dihalaman rumah bersama teman temannya. Lalu dia bercerita menjadi bidan desa merupakan cita citanya namun untuk mengabdi didaerah terpencil ini awalnya tidak menjadi impiannya namun setelah dia menikah dengan seorang pria bernama Riko yang juga warga Muaro Air Bayu dan setelah dia ditempatkan didaerah ini dia merasa sangat menikmatinya karena suasana alamnya yang damai dan nyaman serta masyarakatnya sangat ramah dan bersahabat.Padahal untuk kebutuhan sehari hari seperti ikan warga harus membeli di nagari sebelah yang jaraknya jauh .
"Awalnya memang sangat sulit namun setelah lama kelamaan menjadi enak dan nyaman sebab sekarang ini masyarakat sudah bisa menerima keberadaan kita dengan tangan terbuka dan bersahabat," ujarnya
Diceritakannya,Dia mengabdi di daerah Limau Gadang Pancung Taba ini pada tahun 2007 dengan status bidan PTT dan itu juga masih menjadi statusnya hingga kini.Tidak mudah mengubah pola pikir masyarakat yang sudah panatik mengunakan cara tradisional dalam mengobati suatu penyakit.
Pada awalnya masyarakat tidak percaya pengobatan dengan cara medis,mereka lebih percaya dengan cara kampung.apalagi sebelumnya didaerah ini hampir 10 tahun tidak ada bidan desa. Dan itulah perjuangan berat pada awalnya berada didaerah ini.Dulu angka kematian ibu dan bayi sangat tinggi didaerah ini,sebab warga masih mengunakan jasa dukun beranak dalam melahirkan.Tapi sekarang ini tidak lagi terjadi.
Kehidupan masyarakat yang masih panatik akan cara tradisional ternyata tidak bisa hilang dengan mudah,ini bisa dilihat ketika ada warga yang mau melahirkan,warga hingga kini tidak akan pernah mau melahirkan di polindes atau ke rumah sakit tapi dia yang harus kerumah warga itu untuk membantu persalinan ,sehingga jam berapapun kendati itu tengah malam dia harus mau mendatangi rumah warga tersebut.
"Mau gimana kita harus menjalankan pegabdian itu,walaupun itu tengah malam dan dalam kondisi hujan dan badaidan harus menyeberangi sungai kita harus kerumah warga itu,sebab mereka tidak mau melahirkan diluar dari rumah mereka takut terjadi apa apa kata mereka saking panatiknya," ujarnya
Apalagi ketika ada warga sakit parah atau melahirkan yang butuh mengalami pendarahan dan butuh pengobatan lebih lanjut, butuh untuk segera dirujuk ke RSUD M Zein ,mereka sangat sulit sekali karena mereka takut harus mengeluarkan biaya besar,padahal sudah diberikan pengertian gratis sudah ditangung oleh Jamkesmas."Tapi kata mereka orang yang nungguin yang sakit juga butuh biaya,"ujarnya
Kendati masyarakat telah berangsur angsur mengunakan jasa medis bukan berarti pundi rupiah bisa didapatkan bidan ini lebih banyak sebab kebanyakkan warga berobat mengunakan kartu Jamkesmas,atau tidak jarang juga dia menerima pembayaran berupa hasil ladang warga seperti beras, pisang dan lainnya atau sekedar ucapan terima kasih belaka "Tapi tak masalah karena bagi saya kesehatan warga lebih utama," ujarnya
Bagi bidan ini tidak masalah warga tidak membayarkannya karena dia bisa mengkaim pengobatan warga yang mengunakan jakesmas tersebut ke pemerintah. Dan gratisnya biaya berobat juga menjadi alasan kenapa warga beralih mengunakan jasa medis untuk berobat.
Memang jarak yang sangat jauh dari pusat ibukota Kabupaten sekitar 2 jam perjalanan dengan medan jalan yang terjal dan rusak menjadi kendala untuk mendapatkan pengobatan segera. Ada beberapa kasus karena lamanya perjalanan dan kondisi jalan yang buruk mengakibatkan kematian bagi sang bayi .
Biarpun didaerah terpencil namun ketersedian obat obatan sangat mencukupi,bahkan baru baru ini dia mendapatkan bantuan dari KPDT perlengkapan medis dan obat obatan.
Begitulah pengabdian seorang bidan muda didaerah terpencil Pessel dengan status hanya seorang bidan PTT dari tahun 2007 dengan 3 kali perpanjangan dan dia akan bertugas hingga tahun 2016 mendatang.Kemudian diakhir jabatannya sebagai bidan PTT Zumelia Sika tidak tahu dia akan kemana karena pemerintah tidak memberikan kejelasan statusnya.
"Ketika kita tanya bagaimana status kita yang menjadi bidan PTT tidak ada jawaban yang memuaskan, kata pemerintah pusat dikembalikan ke daerah dan daerah juga tidak memberikan jaminan karena keterbatasan yang dimiliki oleh daerah itu sendiri," ujarnya
Menurut Zumelia ketika masa jabatannya habis mungkin dia harus meninggalkan nagari yang sudah menjadi separuh nyawanya,sebab disini dia bersama suami dan anaknnya tumbuh dan bersatu dengan warga. Dia bersama suaminya juga berladang cabe karena alam daerah ini yang subur.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Pesisir Selatan Syafrizal Antoni mengungkapkan, jumlah bidan PTT yang ada di Kabupaten Pesisir selatan sebanyak 208 orang yang semuanya digaji oleh pemerintah pusat.
"Keberadaan bidan PTT itu sangat dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan pengalaman yang dimiliki, pemberdayaan mereka akan menghasilkan peningkatan kualitas kesehatan bagi masyarakat," ujarnya
Kendati Kabupaten Pesisir Selatan butuh mereka. Pada sisi lain Pemkab masih dilarang pengangkatan CPNS . Meskipun pemerintah tidak boleh mengangkat mereka namun harapan bagi bidan PTT juga menjadi pemikiran daerah. “Semoga ada solusi terbaik kedepan,†ucapnya.