Pahlawan Masa Kini: Perempuan UMKM dan Ketangguhan Ekonomi Bangsa

12 Nov 2025 204 x Dibaca
Pahlawan Masa Kini: Perempuan UMKM dan Ketangguhan Ekonomi Bangsa

Dulu, pahlawan dikenang sebagai mereka yang berjuang di medan perang, mengangkat senjata demi kemerdekaan. Kini, wujud kepahlawanan itu tampil dalam bentuk yang berbeda. Mereka tidak berperang melawan penjajah, melainkan melawan keterbatasan ekonomi. Mereka tidak berdiri di medan laga, tapi berdiri di dapur, di pasar, di layar gawai. Mereka adalah perempuan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sosok tangguh yang menjaga kehidupan keluarga, sekaligus menggerakkan denyut ekonomi bangsa dari akar rumput.

UMKM telah lama menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ini berkontribusi sebesar 61,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap hingga 97 persen tenaga kerja Indonesia. Dari angka tersebut, sekitar 64,5 persen atau setara 37 juta unit usaha dijalankan oleh perempuan. Angka itu bukan sekadar statistik, melainkan cerminan nyata peran perempuan sebagai motor penggerak ekonomi rakyat.

Kekuatan UMKM tidak hanya pada jumlahnya yang besar, tetapi juga pada daya tahannya menghadapi guncangan. Sejarah mencatat, saat krisis ekonomi 1998 menumbangkan banyak perusahaan besar, UMKM justru menjadi penyangga. Skala usaha yang kecil membuat mereka lebih lincah beradaptasi. BPS mendefinisikan usaha kecil sebagai usaha dengan 5–19 pekerja dan usaha menengah dengan 20–99 pekerja. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994, usaha kecil memiliki omzet maksimal Rp600 juta per tahun atau aset di luar tanah dan bangunan dengan nilai yang sama.

Tak hanya di tingkat nasional, peran strategis UMKM juga terasa kuat di daerah. Di Kabupaten Pesisir Selatan misalnya, sektor ini tumbuh berakar pada budaya lokal. Dari pengrajin anyaman pandan di Sutera, pengolah hasil laut di Tarusan dan sebagainya. Mereka menghidupkan ekonomi daerah dengan kearifan lokal dan semangat kebersamaan. UMKM tidak sekadar urusan bisnis, tetapi juga ruang untuk meneguhkan jati diri dan memperkuat peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 menegaskan bahwa pemberdayaan UMKM merupakan strategi penting dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Tujuan besarnya adalah menciptakan UMKM yang tangguh, mandiri, dan berdaya saing tinggi, terutama dalam memenuhi kebutuhan pokok, bahan baku, serta membuka akses permodalan yang adil. Dalam praktiknya, UMKM hadir dalam beragam bentuk mulai dari livelhood activities seperti pedagang kaki lima, hingga fast moving enterprise yang siap naik kelas menjadi usaha besar.

Kini, di tengah arus digitalisasi, perjuangan para perempuan pelaku UMKM menemukan babak baru. Jika dulu mereka harus berkeliling menjajakan dagangan, kini promosi cukup dilakukan lewat gawai. Dunia digital membuka peluang pasar tanpa batas. Inilah transformasi kepahlawanan di era teknologi dari tangan-tangan sederhana yang kini merambah ruang siber dengan semangat tak kalah besar.

Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, bahkan menyebut perempuan pelaku UMKM sebagai “pahlawan masa kini.” Dalam forum Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU) Akbar bertema “Digital Kuat, Ekonomi Meningkat, Ibu-Ibu Mekaar Pahlawan Keluarga Hebat” di Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (8/11/2025), Meutya menegaskan bahwa keberanian perempuan untuk memulai usaha adalah bentuk nyata perjuangan di era modern.
“Ibu-ibu ini semua pahlawan karena membantu ekonomi negara, membantu keluarga,” ujarnya.

Pernyataan tersebut sejalan dengan kenyataan di lapangan. Banyak perempuan yang memulai usaha dengan modal terbatas, bahkan dari ruang sempit di rumah mereka. Namun dari tangan-tangan sederhana itu lahir karya, kuliner, dan kerajinan yang menghidupi keluarga, menciptakan lapangan kerja, dan memutar roda ekonomi lokal. Ketika badai krisis melanda, merekalah yang tetap berdiri menjaga perputaran ekonomi agar tidak berhenti.

Menteri Meutya Hafid menilai, digitalisasi menjadi jembatan emas bagi UMKM untuk berkembang lebih cepat. “Digitalisasi itu membuat percepatan. Kita berharap penjualan ibu-ibu bisa meningkat kalau menggunakan platform digital,” ujarnya. Untuk mendukung itu, Kemkomdigi berkomitmen menghadirkan pelatihan dan pendampingan agar pelaku UMKM, terutama perempuan, mampu mengoptimalkan pemasaran digital dan memperluas jejaring usaha.

Perempuan pelaku UMKM bukan hanya penggerak ekonomi, mereka juga penjaga harapan. Di tengah keterbatasan, mereka berani melangkah. Di tengah perubahan, mereka tetap beradaptasi. Ketika banyak sektor ekonomi melemah, mereka menunjukkan bahwa ketangguhan tidak selalu bergantung pada modal besar, melainkan pada tekad dan keberanian untuk memulai.

Kini, makna pahlawan tidak lagi sebatas nama dalam buku sejarah. Ia hidup di sekitar kita di warung kecil, di dapur rumahan, di layar ponsel yang menampilkan produk lokal dengan penuh bangga. Mereka adalah wajah-wajah baru kepahlawanan Indonesia, para perempuan tangguh yang membuktikan bahwa perjuangan bisa dimulai dari hal sederhana, dari keberanian untuk bertahan, dan dari cinta yang mereka tuangkan dalam setiap karya.

Penulis: Suci Mawaddah Warahmah, S.Sos
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Kategori

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.