Cacat fisik bukanlah penghalang untuk tetap semangat sekolah, seperti halnya seorang bocah 12 tahun di Kenagarian Siguntur Tuo Kecamatan XI Tarusan . Meski tak memiliki kedua kaki sejak lahir, namun ia tetap semangat sekolah dengan segala keterbatasannya. Ia pun harus menggunakan kedua tangannya untuk berjalan, yang semakin membanggakan siswa kelas 5 Sekolah Dasar tersebut bercita-cita ingin menjadi seorang ustad.
Sekilas tak ada yang berbeda antara Ikhlas Sul Akmal dengan bocah-bocah normal lainnya putra ketiga pasangan suami istri Maidin Lelo Sati 48 dan Nurhayati 44, karena Ikhlas mengalami cacat fisik tanpa kedua kaki sejak lahir. Meski demikian, cacat fisik bukanlah menjadi penghalang bagi Yussi untuk tetap semangat menimba ilmu setinggi langit.
Rutinitas siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 34 Siguntur Tuo satu ini mandi sebelum berangkat ke sekolah tanpa dibantu oleh oleh orang lain dia mampu untuk melakukannya sendiri , seperti mengunakan baju, Ikhlas bisa melakukannya sendiri. Usai sarapan, dia berangkat ke sekolahnya. Setiap harinya orang tuanya menyewakan tukang ojek untuk mengantar dan menjemputnya kesekolah sebab jarak sekolah dari rumahnya sekitar 1 km dengan biaya Rp 15000 setiap minggunya.
Sebenarnya Ikhlas bisa berjalan mengunakan tangannya, namun orangtuanya takut terjadi apa apa dengan Ikhlas sebeb menuju kesekolah melewati jalan raya yang banyak kendaraan. Dan takut terjadi apa apa dengan anak mereka tersebut.
Namun untuk pergi kesurau menimba ilmu agama ,dia harus mengunakan tangannya untuk sampai kesurau dan memang jarak surau dari rumanya hanya 200 meter.Namun terkadang Ikhlas juga dibantu oleh teman temannya.
Layaknya siswa pada umumnya, di dalam kelas Ikhlas sama sekali tidak terlihat kesulitan. Mulai naik turun kursi kelas hingga mengumpulkan buku tugas ke guru kelas.Meski berjalan hanya dengan kedua tangannya, Ikhlas terlihat semangat mengerjakan tugas guru di papan tulis. Ikhlas mengaku, meski tak memiliki kedua kaki ia tetap ingin melanjutkan sekolah setinggi-tingginya, bahkan cita-cita terbilang sangat mulia yakni ingin menjadi ustad memberikan pengetahuan agama.
Ia beralasan, cita-cita menjadi ustad ini sangat mulia,sebab mampu memberikan pencerahan agama kepada umat agar terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.Bahkan Ikhlas termasuk siswa yang pintar dan beprestasi. Setiap menerima lapor Ikhlas selalu memegang gelar juara. Selain beprestasi dalam bidang studi , Ikhlas juga berprestasi diluar sekolah, dia pernah mewakili Kecamatan Koto XI Tarusan dalam perlombaan catur tingkat SD tingkat Kabupaten Pesisir selatan.
Pengakuan Ikhlas dia tidak pernah malu dengan kekurangannya ini, dan teman temannya juga tidak pernah sekalipun menghina ataupn meremehkan dirinya. Setiap harinya dia selalu bermain dengan teman temannya dan melupakan keurangan yang dimilikinya itu.
Ayah Ikhlas mengungkapkan ia tetap akan menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Agar nantinya bisa menunjukkan bahwa orang dengan keterbatasan fisik bisa membantu orang lain yang membutuhkan.
Sosok Yussi merupakan gambaran bahwa cacat fisik bukanlah akhir kehilangan masa depan, melainkan sebaliknya sebagai cermin orang normal seharusnya tak kalah dengan orang berketerbatasan fisik.
"Dia tidak pernah mengeluh sedikitpun dengan segala kekurangannya, sebab setiap harinya dia berlagak seperti teman temannya yang normal, tidak pernah sekalipun dia mengeluh dengan kekurangannya tersebut," ujarnya
Sebenarnya keluarga ini bukan orang asli Kenagarian Siguntur Tuo Kecamatan Koto XI Tarusan, keluarga ini baru lima tahun tingga di daerah ini, mereka berasal dari Bukit Silek Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok.Karena kemiskinan yang membuat keluarga ini yang membuat mereka harus mengadu dan pindah kedaerah ini dan menyewa rumah warga daerah ini. Dengan berprofesi sebagai buruh kebun gambir dan dengan upah yang terkadang cukup keluarga ini bertahan untuk hidup.
Ibunya Ikhlas Nurhayati terkadang sering merasa cemas dengan keadaan anaknya ini, setiap harinya dia selalu bermain main dengan teman temanya berlagak seperti orang normal, seperti bermain bola dia mengunakan tangannya, berenang di sungai bahkan memanjat pohon.
"Saya sangat cemas sekali, sebab dengan kekurangannya tentu Ihklas agar terbatas geraknya dan saya tentu tidak selalu bisa mengawasinya,namun Ikhlas tetap saja bermain dan sering berkata mereka bisa kenapa kita tidak," ujarnya
Dengan keurangan yang dimiliki anaknya ini, pasangan suami istri ini juga mereka cemas dengan kelanjutan sekolah anaknya ini, apalagi setelah menamatkan sekolah dasar nantihnya tentu Ikhlas ingin melanjutkasn kSMP. Karena dia bercita cita ingin menjadi Kecamatan dengan jarak 15 km.
"Dahulu ada relawan yang menawarkan untuk membelikan kursi roda,namun hingga kini tidak juga ada realisasinya, lagi Ikhlas juga tidak suka mengunakan kursi roda sebab dia lebih cepat mengunakan tangannya untuk beraktifitas," ujarnya
Cuma Ikhlas berkeinginan memiliki kendaraan yang bisa mengantarkannya kesekolah seperti kendaraan roda tiga yang bisa dikendaraaninnya dengan sendiri tanpa bisa meyusahakan orang lain.
Ikhlas pernah mendengar ada kendaraan yang dipergunakan oleh orang cacat seperttinya untuk berpergian namun tentu untuk membeli kendaraan itu harus mengelurkan biaya yang besar.
"Saya hanya seorang buruh yang setiap minggunya bergaji tidaklebih cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,saya sangat berharap sekali adanya dermawan yang bisa memberikan bantuan untuk membelikan kendaraan yang diingikan Ikhlas sehingga tidak lagi harus susah merangkak untuk berpergian " harap ayahnya . (Elfi Mahyuni )