Darlis Warga Kapo Kapo Kenagarian Sei Nyalo Mudik Air Tarusan Tetap Bertahap Didalam Keterbatasan

25 Jun 2014 876 x Dibaca

Matahari di ufuk timur telah melihatkan sinarnya, sekitar 98 orang warga Kampung Kapo Kapo Kenagarian Sei Nyalo Kecamatan Koto XI Tarusan telah bangun dan memulai aktifitasnya pagi itu.

Puluhan anak anak usia sekolah dengan pakaian seragam  SD dan SMP menaiki sebuah boat untuk bisa sampai kesekolah yang berada di Kampung Sei Nyalo yang jaraknya sekitar 30 menit perjalan mengunakan boat .Sementara itu para wanita kampung itu memulai aktifitas rumah tangganya dengan memasak dan menyediakan bekal yang akan dibawa para suami mereka untuk  melaut.

Begitulah aktifitas setiap harinya disebuah daerah yang terletak di tengah laut, perkampungan yang dihuni oleh sekelompok warga yang memiliki hubungan keluarga satu sama lainnya. Sebuah perkampungan yang hanya bisa didatangi  dengan mengunakan perahu atau boat. Tak ada yang pcesial dari perkampungan itu.

Ketika kita ingin sampai kekawasan ini kita harus mengunakan sarana boat dari kawasan Cerocok Tarusan dan dalam waktu sekitar 1 jam perjalanan . Namun sebelum kita memasuki  perkampungan itu kita  akan menemui perumahan warga yang keseluruhannya merupakan rumah pangung yang terbuat dari kayu yang jarak rumah yang satu dan rumah lainnya sangat dekat ,  jika dihitung ada 18 unit rumah dan sebuah mushala kecil ukuran 4 x 6 meter. Tak ada penerangan listrik  ,air bersih yang berasal dari pergunungan  bahkan sebagian besar rumah warga  itu kondisinya sudah banyak yang lapuk dan rusak.dan semua warganya mata pencariannya adalah nelayan.

Darlis 42 kepala Kampung Pagi itu memulai aktifitasnya dengan menaiki boat lelaki separu baya ini mulai mengarungi lautan mencari peruntungan di tengah laut, dengan harapan pulangnya membawa hasil tangkapan yang jumlahnya bisa membuat dapur mengepul dan keinginan sibuah hatinya bisa dipenuhi.

Dengan alat tangkap seadaanya dia pergi ketengah laut dan baru akan pulang ketika senja mulai datang.  jika hasil tangkapan pada hari itu banyak sebagiannya dijualnya langsung kepinggir ke Cerocok Tarusan dan sebagiannya dibawa pulang untuk lauk keluarganhya.

Ketika penulis berkunjung ke kawasan itu, Darlis menceritakan kalau dia telah menghuni pulau ini sekitar 26 tahun. Memang waktu kecil dia pergi merantau dari pulau itu namun dia kembali ke kawasan itu bahkan membawa serta istrinya Jurniarti 36  warga Padang dan anak anaknya untuk tinggal dikawasan itu .

"Semua warga yang ada dikawasan ini semuanya memiliki hubungan keluarga satu sama lainnya, dan saya adalah keturunan yang kelima dari penghuni pertama yang datang kepulau itu yaitu nenek kapo yang juga adalah nenek buyut saya,dan itulah kenapa daerah ini diberi nama kampung kapo kapo karena nenek buyut saya yang pertama kali datang kekawasan ini dan mengolahnya menjadi kawasan pemukiman" ujarnya

Menurutnya, tinggal di kawasan yang kelilingnya adalah lautan tidaklah mengenakkan, banyak kendala kendala yang sering mereka hadapi, mulai ldari keterbatasan sarana dan prasarana, fasilitas kesehatan,pendidikan yang ,penerangan dan air bersih .

Dan dalam memenuhi kebutuhan sehari harinya mereka dalam keterbatasan. hasil melaut yang didapatkan para lelaki kampung itu dikumpulkan dan kembali dibelanjakan mereka setiap  hari selasa hari balai di ibu kota kecamatan. Dengan mengunakan boat para ibu kampung ini membeli pelengkapan dapur dan sumur yang bisa digunakan seminggu .

"Tapi terkadang kami mengalami kesulitan,apalagi musim badai maka kami tidak mendapatkan hasil tangkapan,tapi kesulitan yang kami rasakan sudah menjadi keseharian palagi kami semuanya adalah keluarga " ujarnya

Ditambahkannya, anak anak kami sering juga tidak sekolah ketika laut tidak bersahabat,badai dan ketika ada anggota keluarga yang sakit  jika tidak bisa diatasi dengan pengobatan kampung maka kami harus segera mengarungi lautan untuk mendapatkan pengobatan di Ibu kota nagari atau langsung ke Ibu kota Kecamatan yang harus ditempuh sekitar satu jam dantentunya mengunakan sarana boat.

Kisah Darlis itu juga dialami oleh sekitar 22 kepala keluarga yang menghuni kawasan itu. Mereka bertahan hidup dalam keterbatasan tersebut dan selalu berharap adanya perhatian, sehingga sekitar 98 warga daerah itu bisa sejajar dengan daerah luar.

Harapan warga Kapo Kapo itu bak gayung bersambut, seringnya diberitakan dimedia tentang kawasan ini maka pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan tunjukan keperdulian terhadap daerah itu. beberapa waktu lalu Bupati Pesisir Selatan bersama dengan beberapa SKPDnya mendatangi kawasan ini dan melihat langsung kehidupan masyarakat daerah itu. dan akhirnya banyak bantuan berdatangi kedaerah itu.

Mulai bantuan dari kementrian DKP berupa dermaga apung yang digunakan ntuk membantu warga untuk mencapai daratan  ketika pasang surut kapal boat mereka sulit untuk menepi, bantuan mesin disel solar yang diberikan kepada warga sebagai penerangan dan bakti TNI yang dilaksanakan di kawasan itu untuk membuka akses jalan menuju dermaga mini dan beberapa unit rumah warga kondisinya tidak layak lagi dihuni dibedah .

Wakil Bupati Pessel Editiawarman ketika menyerahkan bantuan dari Badan Amil Zakat (BAZ) Kamis (19/6) kemarin  mengungkapkan ada lima unit rumah warga di kawasan itu yang dibedah dimana masing masing rumah dibantu dengan alokasi dana Rp 15 juta perunit .

"Kedatangan kita kekampung ini selain melihat langsung kondisi daerah ini juga melihat pembangunan rumah warga yang telah dibedah dimana sebelumnya telah disalurkan bantuan kerumah warga itu 2 tahap dan ini adalah penyaluran dana tahap ketiga atau sisanya," ujarnya

Ditambahkannya, keterbatasan yang dialami daerah ini pemerintah daerah akan terus berusaha untuk mengatasinya, dimana sebelumnya telah banyak bantuan yang berdatangan kekawasan ini baik itu bersumber dari APBD Daerah maupun APBN .

Menurutnya Kabupaten Pesisr Selatan bertekat akan keluar  dari ketertinggalan tahun 2014, walaupun perlu kerja keras beberapa langkah dan terobosan perlu dilakukan oleh Pemerintah daerah Kabupaten Pessel.Terobosan itu perlu dilakukan karena daerah ini masih tingginya jumlah penduduk miskin dan banyaknya jumlah kampung tertinggal disebabkan terbatasnya infrastruktur perhubungan,rendahnya produktivitas sektor pertanian dan seringnya bencana alam,masih belum memuaskannya mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan

" KIta berharap bantuan ini bisa membantu warga daerah ini dan kedepan Pemkab akan terus berusaha tunjukan keperdulian ," ujarnya

Sementara itu Darlis selaku kepala kampung dan juga penerima manfaat sangat berterima kasih atas keperdulian pemerintah daerah yang telah membedahkan rumahnya, sebab selama ini dia bersama istri dan anaknya menghuni rumah yang ukuran nya hanya 3 x 5 meter  sebagian dindingnya sudah lapuk dan atapnya terbuat dari rumbia

"Tapi sekarang kami sekeluarga telah bisa menikmati rumah yang layak, dengan atap seng dan dindingnya dari kayu yang bagus , semua pembangunan rumah itu berkat  bantuan BAZ ," ujarnya

Namun Darlis tetap berharap keperdulian pemerintah daerah kepada daerahnhya ini bisa selalu ada, sebab dia dan warga lainnya juga ingin nantinya bisa menikmati kemajuan yang sudah ada di kawasan luar seperti penerangan memadai sehingga mereka bisa memiliki elektronik , komonikasi mengunakan HP. " Kami akan terus bermimpi sebab mimpi adalah harapan kami," ujarnya (Elfi Mahyuni ) 

Penulis: Elfi Mahyuni, S.H
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Kategori

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.