Yang penting dalam kehidupan, kadangkala tidaklah harus seirama dengan siapa pun. Kadang yang penting bagi seseorang, tidak perlu pula penting bagi orang lain. Jangan kan penting, dianggap saja tidak. Yang diperlukan seseorang ternyata tidak dibutuhkan sama sekali oleh pihak lain. Dengan fenomena hidup yang tidak sama satu sama lain, maka kebutuhan dan pantangan juga saling berlainan.
Tujuan hidup juga boleh tidak sama. Masing-masing mencari tujuannya sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Anwar Sadat (mantan Presiden Mesir, dalam bukunya Mencari Identitas), “Hidup kita sama seperti hidup semua orang, hendak kemana kita, mau kemana kita, tergantung pada diri kita masin-masing. Namun demikian, kita tetap toleran dengan tujuan hidup orang lain.
Agar hidup ini tidak serakah dan mau seenaknya sendiri, tetap diperlukan pengendalian oleh akal sehat dan dibatasi pula oleh kepentingan orang lain. Akal sehat mengendalikan nafsu yang mengebu-ngebu hendak mencapai tujuannya sendiri. Agar tidak saling senggol, akal sehat mendorong seseorang untuk berfikir positif. Kepentingan orang lain yang tidak sama juga menjadi faktor pembatas yang utama untuk tidak menjadi sebebas-bebasnya. Pengendalian akal sehat dan menjaga kepentingan pihak lain, dalam hidup bermasyarakat atau berkelompok diatur oleh kesepakatan bersama atau kelompok dan tujuan bersama dalam kelompok.
Dengan aturan yang ada, hidup menjadi lebih harmonis, namun bukan untuk sama pula. Ada tujuan bersama memang, tapi tetap menghargai tujuan hakiki masing-masing individu. Tujuan bersama dirumuskan secara bersama pula. Untuk apa berkelompok dari individu yang berwarna warni itu, sehingga menyuguhkan keindahan pelangi kehidupan. Tentu saja kelompok melindungi anggotanya.
Untuk menikmati pelangi dan keindahan warna warni individu itu maka dibentuklah pemerintahan dari suatu negara. Menurut Aristoteles (Filosophis Yunani abad pertengahan), negara adalah bagaikan tubuh manusia yang saling melengkapi. Menjadi kuat karena ada hubungan antara semua alat panca indra, dalam pengendalian sepenuhnya oleh otak. Tanpa dikendalikan otak, maka alat-alat tubuh tidak akan berfungsi saling mendukung satu sama lain. Tanpa otak, tangan tidak berfungsi dengan baik, kaki tidak bisa melangkah dengan tegap, mulut tidak berucap dengan jelas, dan sebagainya. Maka otak suatu negara adalah laksana pemerintahan dari suatu negara, yang mengatur tugas dan fungsi fungsi negara.
Oleh karena itu, Aristoteles menyarankan agar individu masyarakat tidak saling mengkritik yang menyudutkan anggota kelompoknya, apalagi pemimpinnya, yang membuat keharmonisan jadi rusak. Perlu kontrol untuk harmonisasi guna mencapai kebaikan tertinggi dari suatu negara, yaitu kesejahteraan untuk semua (civil society).
Bahkan dengan lebih tegas Machiavelli menyatakan tujuan hidup bernegara adalah mengusahakan terselenggaranya ketertiban, keamanan, dan ketentaraman untuk semua. Untuk itu, pemerintah yang syah dapat bertindak apa saja demi tercapainya negara yang tenteram. Dalam kontek Machiavelli, untuk mencapai keharmonisan masyarakat bangsa, pemerintah dapat melakukan apa saja. Tangkap bagi yang usil. Singkirkan yang tukang fitnah. Untuk mencapainya, Immanuel Kant mempertegas bahwa negara harus menjamin keamanan dan kenyamanan warganya dengan mengontrol setiap tingkah laku warganya, dalam bentuk negara ‘polisi’. Dengan demikian akan tercipta masyaraka yang seragam, seirama, namun tidak ada warna-warna kehidupan. Tentu saja tidak akan ada pelangi. Kita juga tidak sependapat dengan pendapat ini.
Pendapat-pendapat Machiavelli dan Kant di atas banyak ditentang oleh kaum moderat dan para penganut paham demokrasi. Krabbe antara lain berpendapat bahwa negara bertugas menyelenggarakan ketertiban hukum dengan berdasarkan dan berpedoman pada hukum. Dalam negara hukum segala kekuasaan alat alat pemerintahan didasarkan hukum yang dibuat bersama (melalui wakil wakilnya di parlemen). Semua orang tanpa kecuali harus tunduk pada hukum, karena hukum yang berkuasa dalam negara. Demokrasi yang baik menjadi titik puncak dari penerapan konsep ini.
Demokrasi yang baik akan mendorong kreativitas, ide dan inovasi sehingga menciptakan harmonisasi yang indah dalam bingkai pelangi negara kesatuan. Tata kelola pemerintahan yang makin baik di Pesisir Selatan, mari kita jaga bersama dengan saling memahami tugas pokok dan fungsi masing-masing. Jangan seenaknya meninggalkan tugas dalam jam dinas, karena kita sudah hidup dalam bingkai aturan yang jelas. Ketika pemerintah daerah membutuhkan kita, mari kita utamakan dari pada urusan yang bersifat pribadi. Pesesir Selatan sudah memberi banyak buat kita, maka mari kita juga memberi empaty dan kebaikan kepada daerah yang indah ini.
Hakekatnya, kita memang tidak harus sama, tidak harus setujuan, tidak harus senasib, dan tidak harus pula sama satu sama lain. Semenjak awal kita memang sudah diciptakan untuk saling berbeda satu sama lain. Dari semula sel telur dan sperma bersatu di dalam rahim bunda masing-masing, persaingan sudah di mulai dengan amat ketat, sehingga dari ratusan ribu sperma, yang diciptakan Tuhan menjadi bayi hanya satu. Kita memerlukan warna-warni hidup yang indah. Makanya manusia sering berkayal tentang keindahan pelangi di sore hari. Ya pelangi, ya harmonis, namun tugas pokok tetap lah menjadi perhatian kita bersama. Indahnya saling memahami....