Di antara banyak indikator pembangunan, yang paling didambakan para pemimpin di setiap tingkat adalah pertumbuhan ekonomi. Yang dimaksudkan dengan pertumbuhan ekonomi dalam konteks yang diinginkan para pemimpin adalah adanya peningkatan nilai tambah tiap tahun, baik nilai tambah produk masyarakat maupun nilai tambah dari peredaran uang pemerintah pada berbagai kegiatan di suatu daerah (APBD/APBN). Kesemua nilai tambah tersebut diformulasikan dalam Produk Domestik suatu daerah, yang sehari hari dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pengertian ini, mirip sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Sumitro Djoyohadikusumo dalam mendefinisikan pembangunan. Konsep tersebut jika diformulasikan secara sederhana sepert berikut :
r = PDRB tahun ke2 – PDRB tahun ke1 x 100%
PDRB tahun ke 1
R = merupakan pertumbuhan dalam satu tahun tertentu
Formulasi tersebut di atas merupakan formula sederhana yang dapat dilakukan analisis analisis lebih lanjut dengan menggunakan teknik dan metode lebih rumit oleh para analisis ekonomi pembangunan.
Para pemimpin takut kalau pertumbuhan ekonominya turun, minus, atau tidak tumbuh sama sekali. Banyak pemimpin selalu mengimpikan pertumbuhan ekonomi yang significance setiap tahunnya selama pemerintahannya. Isu pertumbuhan ekonomi menjadi bahan kampanye yang paling ampuh disampaikan kepada masyarakat guna menarik pemilih.
Sesungguhnya pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan pendapatan yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah produksi barang dan jasa dalam waktu tertentu. Peningkatan produksi tentu juga dipengaruhi oleh besarnya invesatasi (APBD atau APBN dan investasi masyarakat) dan efisiensi. Dalam teori Harrod-Domar (dalam Todaro, 1987), menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh besarnya tabungan dan investasi. Kalau investasi dan tabungan suatu negara rendah maka pertumbuhan ekonomi juga akan rendah. Kemudian Rostow memodifikasi teori ini dengan konsep tingkat-tingkat pertumbuhan dan tinggal landas, yang mendorong peran manusia sebagai salah satu faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi.
Pesisir Selatan saat ini berada pada pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, jika ditinjau dari kedua teori dasar di atas. Pertumbuhan ekonomi Pesisir Selatan sebesar 5,3 persen pada tahun 2017, di atas pertumbuhan ekonomi propinsi yang hanya sebesar 5,26 persen. Jika dibandingkan dengan beberapa daerah tentangga seperti Tanah Datar sebesar 5,01 Persen, Solok Selatan 5,11 persen, Pasaman 5,06 persen, dan Sijunjung 5,25 persen, berarti kabupaten Pesisir Selatan masih jauh lebih baik.
Kondisi ini memberikan indikasi bahwa kegiatan pemerintah di Pesisir Selatan dan masyarakat makin memberi nilai tambah, seperti pembangunan jalan-jalan yang semakin baik sehingga memperlancar arus eknomi, irigasi yang mengairi sawah sawah, pasar yang makin baik dan mendorong jual beli masyarakat, pelayanan pemerintah yang semakin mendekatkan diri dengan rakyatnya, dan destinasi wisata yang terus menarik pengunjung dari berbagai daerah.
Pertumbuhan ekonomi yang baik menurut Prof. Sumitro juga akan memberikan trickle down effect (tetesan kebawah) pada banyak kegiatan masyarakat. Pasar-pasar nagari dan pasar kecamatan makin ramai, barang-barang olahan dari komoditi primer makin banyak dihasilkan masyarakat, seperti makanan ringan, hasil perikanan yang diolah (ikan kering, dan ikan olahan lainnya), hasil industri rumah tangga, kerajinan, ternak, yang memperlihatkan adanya tetesan ekonomi akibat adanya pertumbuhan. Jual beli, bangunan-bangunan baru, mobil baru, motor baru, dan lalu lintas makin ramai tiap hari. Itu pertanda sederhana dari adanya pertumbuhan ekonomi yang diiringi oleh treckle down effect.
Jika tidak ada pertumbuhan ekonomi, maka kehidupan masyarakat akan makin sulit. Infrastruktur tidak akan terbangun, daya beli masyarakat akan melemah, kreativitas dan inovasi akan rendah, dan pemerintahan dianggap tidak berhasil. Dari sisi pemerintahan, tidak tumbuhnya perekonomian suatu daerah antara lain dapat disebabkan oleh rendahnya disiplin suatu pemerintahan, baik disiplin pegawainya, maupun dalam disiplin anggaran dan rendahnya mutu perencanaan anggaran.
Sampai tahun 2017 ini, dengan pertumbuhan ekonomi yang baik, yang didorong oleh disiplin yang baik pula, Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan sudah on the track dalam melaksanakan amanah kepemimpinan ke depan. Namun pertumbuhan ekonomi saja tidaklah cukup. Perlu indikasi lain untuk melihat apakah pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat lebih didorong lagi agar kesejahteraan yang diimpikan dapat diwujudkan. Indikasi itu adalah .....bersambung.