Udara Bersama Tanggung Tawab Bersama

17 Aug 2025 45 x Dibaca

Di tengah hiruk pikuk aktivitas harian, ada hal-hal kecil yang luput kita sadari seperti keberadaan asap rokok yang melayang di udara dan dihirup oleh mereka yang tak pernah menyalakan rokok itu sendiri. Tanpa banyak suara, perokok pasif hadir di sekitar kita. Anak yang bermain di ruang keluarga, ibu yang duduk di ruang tamu, atau rekan kerja di ruangan tertutup, mereka tidak merokok, tapi berbagi udara yang sama. Di balik kebiasaan yang dianggap biasa, tersimpan kenyataan bahwa udara bersih adalah kebutuhan bersama, dan menjaga kualitasnya adalah tanggung jawab yang tak hanya dimiliki oleh satu pihak saja.

Perokok pasif adalah siapa pun yang tanpa sadar menghirup asap rokok dari lingkungan sekitarnya, baik itu di rumah, kantor, kendaraan, atau tempat umum. Padahal, menurut Kementerian Kesehatan RI, asap rokok mengandung lebih dari 4.000 zat kimia, dengan setidaknya 200 bersifat racun dan sebagian lainnya bersifat karsinogenik penyebab kanker. Lebih menyedihkan lagi, asap sampingan dari ujung rokok justru lebih berbahaya daripada asap yang dihirup langsung oleh perokok aktif.

Dampak kesehatan yang dialami perokok pasif sangat nyata. Mereka berisiko tinggi terkena penyakit paru-paru kronis, asma, infeksi saluran pernapasan, stroke, dan serangan jantung. Pada perempuan, paparan asap rokok meningkatkan kemungkinan keguguran, kanker leher rahim, hingga komplikasi kehamilan. Sementara pada anak-anak, paparan sejak dini dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, pertumbuhan organ yang tidak optimal, serta gangguan perilaku dan belajar. Bahkan bayi yang terpapar dalam kandungan atau setelah lahir memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).

Data dari Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa paparan asap rokok juga menyebabkan gangguan pada mata seperti katarak, merusak gigi, menyebabkan bau mulut, dan membuat tulang lebih rapuh. Semua ini bukanlah ancaman imajiner. Di berbagai rumah tangga, perokok pasif mengalami gejala kesehatan yang kerap tak disadari penyebabnya. Ironisnya, banyak dari mereka yang terus hidup dalam paparan asap tanpa memiliki kuasa untuk menolak.

Menurut WHO, setiap tahun lebih dari 1,2 juta orang di dunia meninggal akibat menjadi perokok pasif. Ini bukan sekadar angka ini adalah para ibu, anak, kakek, dan remaja yang hidup bersama perokok aktif di lingkungan mereka. Penelitian Elizabeth bahkan menyebut bahwa perempuan yang sejak kecil terpapar asap rokok memiliki risiko 3,25 kali lipat lebih tinggi terkena kanker paru-paru dibandingkan mereka yang hidup dalam lingkungan bebas asap.

Dampak sosial dan psikologis juga tidak kalah menyakitkan. Perokok pasif, terutama anak-anak, hidup dalam kecemasan. Mereka tidak berani menegur ayah atau orang dewasa yang merokok di dalam rumah. Mereka tumbuh dalam udara yang kotor, di lingkungan yang tidak ramah bagi paru-paru mereka sendiri.

Sudah saatnya kita mengakui bahwa asap rokok bukan hanya merusak tubuh perokok, tetapi juga tubuh orang-orang tercinta di sekelilingnya. Rumah seharusnya menjadi tempat yang aman, bukan tempat di mana racun bersembunyi di balik kepulan asap. Menciptakan rumah bebas asap rokok bukan soal gaya hidup, tapi soal cinta dan tanggung jawab.

Sebagai penulis yang juga bagian dari masyarakat yang tinggal di lingkungan majemuk, saya melihat isu perokok pasif sebagai bentuk ketimpangan hak kesehatan. Banyak orang yang memilih hidup sehat, namun tetap menjadi korban karena tidak memiliki ruang aman dari asap rokok. Anak-anak, ibu hamil, dan lansia, mereka yang seharusnya paling dijaga, justru menjadi kelompok paling rentan dan paling sering diam.

Budaya permisif terhadap merokok di ruang bersama, terlebih dalam rumah tangga, menunjukkan betapa lemahnya kesadaran bahwa tindakan pribadi bisa berdampak besar terhadap orang lain. Kesadaran akan dampak kebiasaan merokok terhadap lingkungan sekitar perlu terus ditumbuhkan. Dalam konteks hidup bersama, menjaga hak orang lain untuk menikmati udara bersih adalah bagian dari tanggung jawab sosial yang penting.

Percaya lah perubahan besar bisa dimulai dari kesadaran kecil. Dari satu ayah yang memilih untuk tidak merokok di dekat anaknya. Dari satu keluarga yang menegakkan rumah bebas asap rokok. Dari satu kebijakan lokal yang menjadikan ruang publik benar-benar bersih dan sehat. Karena menjaga udara tetap bersih, sama artinya dengan menjaga nyawa dan masa depan generasi berikutnya.

Isu perokok pasif mencerminkan tantangan besar dalam pengendalian konsumsi tembakau di tingkat rumah tangga dan lingkungan sosial. Meskipun berbagai regulasi telah diberlakukan untuk menekan angka perokok aktif dan memperluas kawasan tanpa rokok, fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak individu non-perokok masih terpapar asap rokok, terutama di ruang privat seperti rumah, kendaraan, maupun tempat kerja.

Dari sisi kesehatan masyarakat, kondisi ini menjadi ancaman serius karena paparan asap rokok tidak hanya berdampak jangka panjang, tetapi juga berisiko akut pada kelompok rentan, seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia. Penyakit yang ditimbulkan pun bukan penyakit ringan mulai dari infeksi saluran napas hingga gangguan kardiovaskular dan kanker. Ini menegaskan bahwa perokok pasif bukanlah isu sekunder, tetapi bagian integral dari beban penyakit yang harus ditangani secara sistematis.

Diperlukan pendekatan yang lebih kuat dalam edukasi dan advokasi publik, termasuk penanaman nilai bahwa merokok di dekat orang lain bukan sekadar pilihan pribadi, melainkan keputusan yang membawa konsekuensi sosial dan kesehatan. 

Dengan pemahaman yang lebih luas dan intervensi yang tepat, perlindungan terhadap perokok pasif bukan hanya dimungkinkan, tetapi harus menjadi prioritas dalam agenda kesehatan publik.

Menulis tentang perokok pasif bukan hanya menyampaikan data, tapi juga menggugah empati. Sebab di balik statistik dan zat kimia, ada manusia-manusia yang sesungguhnya tak pernah memilih untuk menderita namun tetap harus menanggung akibat dari kebiasaan orang lain, bahkan orang tersayang. 

Setiap orang tentu menginginkan lingkungan yang sehat dan aman bagi keluarga. Kesadaran akan bahaya asap rokok bagi orang di sekitar bukan tentang menyalahkan, tapi tentang saling menjaga. Mungkin kita belum bisa sepenuhnya bebas dari kebiasaan itu, tapi langkah kecil seperti tidak merokok di dalam rumah, atau menjauh dari anak saat merokok, sudah menjadi bentuk kasih sayang yang nyata. Karena pada akhirnya, menciptakan ruang yang lebih sehat adalah tanggung jawab bersama dimulai dari kepedulian kita terhadap orang-orang terdekat.

Penulis: Suci Mawaddah Warahmah, S.Sos
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Kategori

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.