Putu Kambang Selalu Tampil di FL XVI

20 Apr 2018 1581 x Dibaca
Putu Kambang Selalu Tampil di FL XVI

Painan,20 April 2018 --Pameran dan Bazar  yang merupakan salah satu event andalan pada pelaksanaan Festival Langkisau XVI 2018 di Kabupaten Pesisir Selatan menampilkan berbagai produk baik dari usaha kecil dan menengah hingga pengusaha besar.Produk dari usaha kecil mulai dari kerajinan rumah tangga seperti seni anyaman rotan,lidi, makanan ringan seperti kripik ubi,pisang ,aneka buah buahan hingga sulaman bayangan, aplikasi,Batik tanah liat hingga seni ukiran akar kayu yang menilai seni tinggi . 

Begitu juga makanan tradisional  yang unik ada pada pameran ini,dimana pada salah satu stand Kecamatan Lengayang terlihat seorang wanita tua mengjajakan makanan khas yaitu Putu Kambang. Rosmawati 70 warga Balai Kamis  Koto Baru Lengayang menyajikan suguhan makanan daerah ini kepada para pengunjung pameran FL XVI tersebut. 

 Wanita tua ini bercerita perjalananya menjajakan makanan khas ini dari balai ke balai hingga dari pameran ke pameran. Keahlian ini didapatkan secara turun menurun dari neneknya yang memang seorang penjual kue putu di  Kambang.Dan dia telah berjualan putu ini semenjak tahun 80an 

Sebenarnya tidak ada yang unik dari  makanan ini, apalagi bermacam aneka makanan yang bermunculan dengan varietas rasa dan warna yang ada tidak membuat wanita ini untuk beralih kepada semua itu.Menurutnya,dulu dia pernah untuk mencoba membuat kreasi rasa namun ternyata itu tidak mendapat perhatian dari pelanganannya, menurut pendapat pelangannya mereka masih suka dengan rasa yang  khas yang memang menjadi ciri khas putu kambang yang dari zaman kezaman tersebut. 

"Karena itu amak tidak pernah merubah rasa makanan ini dan hanya mempertahanan rasa yang khas yang sudah turun temurun menjadi andalanya rasanya," ujarnya 

Membuat putu Kambang ini tidaklah sulit,karena bahan yang digunakan untuk membuat adonan juga murah didapat seperti beras ketan, kelapa dan gula hingga daun kelapa sebagai pembungkus  .Selain itu proses pembuatannya sangatlah mudah dengan hanya mencampurkan beras ketan dengan kelapa lalu di masukan kedalam tabung bambu dimana ditengahnya di beri gula (Luo) lalu dikukus hingga masak.Bahan untuk membakar putu ini juga masih tradisional hanya mengunakan kompok dan tungku kukus yang terbuat dari seng.Cara ini yang membuat rasa makanan ini menjadi enak dan diterima masyarakat luas. 

Harga kue putu ini tidaklah mahal , 3 bungkus seharga Rp 10 ribu . Setiap harinya wanita ini hanya butuh modal sekitar Rp 90.000,-. dan jika dagangannya laku maka dia akan mendapatkan penjualan sekitar Rp 120 ribu tapi  rugi juga sering menghampirinya. 

Sebagai pembuat kue Putu  Janda 2 orang anaknya telah banyak makan asam garam kehidupan,maju mundur usahanya itu telah membuat dia mampu untuk bertahan hidup,mulai dari rugi yang sering dialaminya hingga tidak adanya modal usaha,namun dia tetap bertahan. 'Dalam perkara  jual beli rugi,untung dan  hanya kembali modal sudah menjadi hal biasa yang kita tidak bisa terlepas dari semua itu," ujarnya. 

Ketika rugi menghampirinya dan kehabisan modal dia coba berhutang kepada penjual lainnya seperti ke penjual beras ketan atau kelapa dan nanti setelah dagangannya laku maka utang itu segera dibayarkannya."Pernah amak mencoba meminjam modal usaha di suatu lembaga,namun karena prosedurnya berbelit belit,maka amak tahu mau lagi, biarlah dengan para penjual amak berutang dan dibayar seusai berdagang," lanjutnya 

Usianya yang sudah senja membuatnya memiliki suatu keinginan ,dia berharap makanan ini  tetap menjadi makanan khas dan tidak pernah dilupakan oleh masyarakat nantinya,karena jumlah penjual dan peminat putu  Kambang ini dari hari kehari semakin berkurang. Menurutnya di Pasar Kambang hanya beberapa orang penjual makanan ini dan itupun didominasi oleh kalangan tua. 

"Itu makanya amak selalu menularkan kepandaian ini kepada anak dan orang lain yang mau belajar,selain untuk kepandaian juga ini bisa membawa keuntungan apabila dimanfaatkan untuk menambah penghasilan," ujarnya 

Sekarang ini diusianya yang sudah semakin renta, usahanya sudah mulai dibantu oleh anak perempuannya. Menurut Eri 40 anaknya mengngkapkan kondisi orangtuanya sudah tidak seperti dulu sering sakit sakitan,  karena itulah dia ikut membantu ibunya itu untuk berdagang putu Kambang . "amak sudah sering sakit sakitan karena usiannya , karena itulah dibantu berdagang di pasar," ujarnya 

Sementara itu Kepala Dinas Koperasi Perindustrian,Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pessel Azral mengungkapkan kalau pameran ini sebagai ajang promosi bagi usaha kecil dan menengah khususnya kabupaten Pessel untuk memperkenalkan hasil usaha mereka lebih bisa dikenal oleh masyarakat luas. 

"Hendaknya dengan pameran ini bisa digunakan dengan maksimal mungkin oleh para pengusaha tersebut , produksi tidak akan dikenal masyarakat luas jika tidak ada pemberitahuan secara besar besaran kepada masyarakat.Maka momen pameran ini sangat baik sekali," ujarnya ( elfimahyuni)

Penulis: Elfi Mahyuni, S.H
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Kategori

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.