Painan, --Keterbatan lahan yang bisa diolah, menjadi salah satu penyebab produktifitas masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) menjadi rendah, sebab dari 579 ribu hektare tolal luas Pessel, yang bisa diolah menjadi kawasan budidaya hanya sebesar 28,42 persen, atau setara dengan 164 ribu hektar dari total luas daerah itu.
Demikian disampaikan sekretaris daerah (Sekda) Pessel Erizon kepada pesisirselatan.go.id Kamis (1/2) di Painan.
"Total luas Pessel secara keseluruhan 579 ribu hektare. Dari luas itu, hanya sebesar 28,42 persen yang bisa dijadikan sebagai kawasan budidaya. Luas itu sudah termasuk kawasan pemukiman, pertanian dan lainya. Karena jumlah yang terbatas itu, sehingga membuat produktifitas masyarakat tidak maksimal atau menjadi rendah," katanya.
Dikatakan demikian, sebab dari luas itu sebagian besar kawasanya, atau diluar yang 28,42 persen itu diperuntukkan sebagai kawasan konservasi dan hutan lindung.
Kawasan hutan lindung itu terdiri dari dari HSAW dan CB seluas 290 ribu hektar, dan Hutan Lindung seluas 41 ribu hektar pula.
Karena begitu luasnya kawasan hutan konservasi dan hutan lindung di Pessel, sehingga mengakibatkan terbatasnya ketersediaan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian khusunya perkebunan.
"Baranjak dari kondisi ini, sehingga untuk menggenjot agar produktifitas masyarakat menjadi tinggi, pemerintah daerah berupaya untuk terus meningkatkan pengelolaan sektor yang diunggulkan. Salah satunya adalah sektor pariwisata. Sebab sektor ini diyakini bisa sebagai andalan masa depan bagi masyarakat Pessel," ungkapnya. (05)