Kabupaten yang kita cintai ini, Pesisir Selatan, sebetulnya termasuk dalam daerah yang sudah lama ada (secara administrasi pemerintahan) di bandingkan dengan beberapa daerah lainnya di Sumatera Barat. Sudah beberapa kali kepala daerahnya berganti. Dari dulu jaman perang hingga saat ini. Dari saat penduduk masih sekitar 146.780 orang hingga penduduk saat ini sudah berjumlah sekitar 520.030 jiwa (Catatan Sipil) atau 453.822 jiwa (BPS, 2016) dengan 104.596 rumah tangga. Sejak masih tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan-Kerinci hingga menjadi Kabupaten Pesisir Selatan dengan 15 kecamatan, 182 nagari dan 480 kampung. Memanjang sekitar 234,2 km dari pantai batas Padang di utara hingga sampai ke batas Bengkulu di selatan.
Barangkali banyak yang belum tahu siapa bupati Pesisisr Selatan yang pertama hingga yang terakhir. Daerah ini pernah punya Bupati bernama Panto (1945-1949), Amirundin (1949-1950), Bakhtiar (1950-1957), UDIN (1957), Jama lako sutan (1957-1960), Boer Yusuf (1960-1964), Hasroel (1964-1966), Zaini Zein (1967-1972), Abrar (1972-1980), Ismil I Lengah (1980-1990), Masdar Saisa (1990-1995), Darizal Basir (1995-2005), Nasrul Abit (2005-2015), dan saat ini Hendrajoni (2016-hingga sekarang).
Dalam dekade yang lalu sering disebut sebagai “daerah selatan”. Pengertian selatan ditafsirkan dalam banyak kesimpulan yang kurang enak. Sama seperti waktu perang dingin era Uni Sovyet dan Amerika Serkat masih berseteru dalam perang kata dan psikologi. Para politisi dunia dalam “teori sistem dunia” menyebut negara Utara- Selatan. Utara merupakan sekumpulan negara-negara maju atau negara industri. Dan selatan dikelompokkan dalam negara berkembang yang sering juga disebut sebagai negara dunia ke tiga (Todaro dalam bukunya: Teori Pembangunan Dunia Berkembang, menyebut bahwa negara ketiga adalah negara agraris yang miskin)..
Pernah suatu waktu, ada di antara masyarakat dan para pelajar kita yang sedang belajar di luar daerah gigau jika mengaku berasal dari Pesisir Selatan. Malu. Dan kikuk. Jika sekolah di Padang, selalu malu malu mengaku dari Pesisir. Ada konotasi kurang sedap sebagai daerah selatan, terbelakang, dukun, dan banyak hal yang berbau kurang enak. Kalau ketahuan dari Pesisir Selatan, takut diputus pacarnya. Ah... itu dulu. Wass