Rabab pasisie merupakan alat musik gesek, yang digunakan untuk mengiringi pembacaan cerita kaba. Kaba atau berita atau alur informasi yang disampaikan dalam narasi enak di dengar, dinamis seperti riak laut yang tak pernah berhenti adalah konteks bahasa lisan yang ada dalam kehidupan masyarakat Pesisir Selatan. Kadang di-ilaukan dalam intonasi yang enak, sedih, humor, bahkan sambil berurai air mata. Mampu mengurai setiap langkah kehidupan yang dikabakan. Bahkan mengurai data data kisah yang mempesona.
Penceritaan kaba yang diiringi dengan rabab, lahir dari kisah kisah masyarakat di nagari-nagari Pesisir Selatan, kadang sampai ke rantau orang. Jika bicara rabab, maka orang akan teringat dengan Pesisir Selatan. Tidak salah kalau rabab adalah salah satu ikon seni dari kabupaten yang kita cintai ini.
Dalam perkembangan selanjutnya rabab diganti dengan alat musik biola. Biola dalam versi tradisional pesisir, digesek dengan bertumpu pada kaki dan paha. Di nagari-nagari, mereka yang menggesek biola disebut “tukang biola”. Tukang biola begitu istimewa, sehingga didudukkan di atas kasur empuk sambil menggesek biola. Biasanya biola dimulai setelah jam 21:00 malam dengan pendahuluan rabab raun sabalik yang sangat menghibur. Baru setelah larut malam rabab dimulai dengan cerita yang lebih fokus sampai subuh menjelang pagi. Siapa yang tidak tahu dengan “kaba bujang sabaleh”, atau “marantau ka batawi” dan sebagainya.
Namun dalam kolom ini kita tentu tidak akan menggunakan alat musik biola. Biar rabab dalam gesekan bioala kita beli saja di toko toko musik, yang saat ini masih ada pada beberapa toko di Padang.
Dalam konteks berikutnya, kita akan bakaba dalam ilau pasisie. Mengedepankan data-data dan informasi yang baik bagi kepentingan kita semua. Untuk mendorong pembangunan kampung yang makin cepat. Guna mengedepankan kebaikan nagari kita agar banyak tamu datang melihat destinasi wisata kita. Mari kita bangun dan kita dorong pembangunan daerah yang kita banggakan ini. Nah, itulah. Kenapa rabab pasisie. wass