Painan, Keberadaan itik bayang yang telah diakui dunia sebagai plasmanutfah Pessel, semakin dilirik oleh para peternak. Itik bayang telah menjadi kekayaan khas Indonesia dan telah diakui dunia sebagai hewan yang memiliki kekhususan dari itik lainnya. Pemerintah daerah melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan tetap mengupayakan pelestarian itik bayang sebagai plasmanutfah tersebut.
Hal itu dikemukakan Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan Pessel, Hazrita, Jumat (9/03) di Painan. Menurutnya, itik bayang memang memiliki ciri-ciri khusus dan tidak dimiliki itik lainnya. Itik Bayang betina, memiliki badan lebih lebar, paruh agak pendek, produksi telur kalau dipelihara secara tradisional sekitar 180 - 186 butir per tahun dan kulit telur berwarna hijau.
Itik bayang ini dapat dikatakan sebagai salah satu plasma nuftah di Pesisir Selatan. Bentuk tubuh itik ini mirip dengan itik Magelang dengan perbedaan warna bulu yang seragam tidak berotot dan bentuk leher yang tidak punya gelang. Untuk lebih memudahkan para peternak itik dalam memilih itik yang akan dibudidayakan/dipelihara, sebaiknya mengetahui/memahami tentang ciri-ciri itik, katanya.
Selanjutnya, itik bayang jantan memiliki ciri-ciri bulu putih atau abu-abu, warna tunggal, leher pendek, paruh dan kaki berwarna abu-abu kehitaman, bulu mengandung minyak sehingga walaupun berendam lama dalam air, bulu tidak akan basah. Ini berguna untuk mempertahankan tubuh supaya tetap kering, terangnya. (03)