Harga Getah Gambir Merangkak Naik di Pesisir Selatan, Petani Diminta Tingkatkan Kualitas Hasil Panen

06 Jun 2023 235 x Dibaca
Harga Getah Gambir Merangkak Naik di Pesisir Selatan, Petani Diminta Tingkatkan Kualitas Hasil Panen

Pesisir Selatan--Harga komoditi getah gambir di tingkat petani di Kabupaten Pesisir Selatan terus merangkak naik. Kenaikan harga itu membuat masyarakat petani gambir di daerah itu menjadi semakin bergairah.

Dikatakan demikian, sebab saat ini harga getah gambir di tingkat petani dengan kadar air 15 persen telah dihargai Rp 40 ribu hingga Rp 42 ribu per kilogram, dari Rp 18 ribu per kilogram tiga pekan lalu.

Hal itu dikatakan Hengki 40, toke gambir di Kecamatan Sutera, Selasa (6/6).

"Kenaikan harga getah gambir di tingkat petani dengan kadar air 15 persen menjadi Rp 42 ribu dari Rp 18 ribu per kilogram ini merupakan kabar gembira bagi petani gambir khususnya di daerah ini. Sebab dengan harga di atas Rp 40 ribu itu para petani gambir akan bisa hidup lebih sejahtera," katanya.

Walau sebagai pedagang atau toke gambir, tapi dia tetap berharap harga getah gambir itu bisa terus bertahan.

"Ini saya sampaikan, sebab dengan harga yang pantas dan wajar itu, petani gambir juga bersemangat mengolah lahannya, atau tidak membiarkan tanaman gambirnya terlantar. Sebagai pedagang saya juga lancar membeli getah gambir kepada petani atau tidak terputus sebagaimana ketika harga gambir anjlok," ujarnya.  

Agung 45, petani gambir di Nagari Rawang Gunung Malelo, Kecamatan Sutera, mengakui bahwa dia bersama petani gambir lainnya di nagari itu kembali giat mengolah lahan gambir.

"Saat harga getah gambir Rp 18 ribu per kilogram, kami memang tidak bersemangat mengolah lahan. Sebab dengan harga itu biaya produksi tidak sebanding dengan penjualan. Dari pada merugi dan menghabiskan waktu saja, sehingga kami lebih memilih membiarkan tanaman ini tumbuh tanpa dipanen," ucapnya.
 
Diakuinya bahwa harga di kisaran Rp 40 ribu hingga Rp 42 ribu itu merupakan harga terbaik sejak sepuluh tahun terakhir.

"Saya katakan demikian, karena selama ini harga tertinggi getah gambir ini hanya bertahan di kisaran Rp 23 ribu hingga Rp 24 ribu per kilogramnya. Dari itu kami berharap harga saat ini bisa terus bertahan, atau bisa lebih meningkat lagi agar petani gambir benar-benar bisa hidup lebih sejahtera," harapnya.

Walinagari Rawang Gunung Malelo, Aprizal, mengatakan Selasa (6/6) bahwa tanaman gambir merupakan salah satu unggulan yang dikembangkan oleh masyarakat petani di nagari itu.

"Dengan naiknya harga komoditi ini, maka diyakini akan bisa menggairahkan petani, dan juga menjadikan petani di nagari ini umumnya Pesisir Selatan akan hidup sejahtera," ungkapnya.

Dia juga mengakui bahwa ketika harga komoditi itu anjlok di bawah Rp 18 ribu, petani lebih memilih membiarkan lahannya terlantar. Sebab bila diolah, tidaklah membuat mereka beruntung, namun malah merugi.

"Dari itu saya sebagai walinagari berharap harga ini bisa tetap bertahan atau lebih meningkat lagi sebagaimana harapan oleh semua petani di daerah ini. Sebab dulunya harga komoditi gambir ini sempat menembus Rp 90 ribu per kilogram," timpalnya.

Anggota Komisi IV DPRD Pesisir Selatan, Yusli Mardan, terkait kenaikan harga gambir itu ketika dihubungi berharap agar harga tersebut bisa terus bertahan bahkan lebih meningkat lagi hendaknya sebagaimana masa-masa keemasan beberapa tahun lalu.

Hal itu dia sampaikan karena harga komoditi itu sempat menembus hingga Rp 90 per kilogram dulunya.

"Sebagai wakil rakyat saya berharap pemerintah daerah melalui perangkat daerah terkait bisa memberikan pendampingan dan juga edukasi kepada petani gambir di daerah ini. Tujuannya agar kualitas getah gambir yang sudah diolah menjadi pasta itu benar-benar berkualitas, yang pada akhirnya harga juga bersaing dan sesuai dengan kondisi pasar terkini," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa tanaman gambir merupakan salah satu unggulan yang dikembangkan oleh masyarakat petani pada semua nagari di Pesisir Selatan.

"Ini memang tidak terlepas dari potensi lahan yang luas dan subur, sehingga tidaklah mengherankan komoditi ini menjadi idola petani. Dengan naiknya harga saat ini, maka diyakini akan bisa menggairahkan petani, dan juga menjadikan petani di daerah akan hidup lebih sejahtera lagi," ungkapnya.

Dia juga mengakui ketika harga komoditi itu anjlok di bawah Rp 15 ribu per kilogram, petani di Pessel lebih memilih membiarkan lahannya terlantar. Sebab bila diolah, tidaklah membuat mereka beruntung, namun malah merugi.

"Dari itu sebagai wakil rakyat saya berharap harga ini bisa tetap bertahan atau lebih meningkat lagi sebagaimana harapan oleh semua petani di daerah ini. Sebab dulunya harga komoditi gambir ini juga sempat menembus Rp 90 ribu per kilogram," timpalnya.

 

Penulis: Yoni Syafrizal
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Kategori

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.