Efriwandi Ajak Peternak Pessel Tidak Melepas Sapi Secara Liar

26 Feb 2018 510 x Dibaca

Efriwandi Ajak Peternak Pessel Tidak Melepas Sapi Secara Liar

Beternak dengan cara dilepas, merupakan budaya yang sulit dihilangkan masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel). Padahal pola itu tidak saja berdampak terhadap keselamatan ternak, tapi juga mengganggu ketertiban lingkungan, serta juga kualitas ternak itu sendiri.

Karena sudah turun temurun, sehingga menimbulkan imeg negatif bagi daerah. Sebab ada seloroh kalau tidak melihat sapi berkeliaran di jalan dan di kantor-kantor, itu bukanlah Pessel namanya.

Efriwandi 40, Ketua Kelompok Tani Ternak Pincuran Boga Sakato, Kampung Pincuran Boga, Nagari Painan Selatan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), mengatakan kepada pesisirselatan.go.id Senin (26/2) bahwa memelihara sapi secara liar akan memberikan buruk terhadap keselamatan sapi.

" Saya katakan demikian, sebab akibat dari kebiasaan itu, kualitas daging sapi menjadi jelek, disamping juga membuat pemerintah enggan dan tidak mau menyalurkan bantuanya. Sebab kehadiran ternak akan membuat kesemrautan lingkungan," ungkapnya.  
Agar kondisi itu tidak berkepanjangan, sehingga dia mulai merangkul beberapa masyarakat pemiliki ternak di Nagari Painan Selatan untuk bergabung ke dalam sebuah organisasi yang lebih dikenal dengan kelompok ternak.

Upaya itu dilakukanya agar sesama pemilik ternak bisa saling berbagi pengalaman dan juga bertukar informasi.

" Saya mulai terjun sebagai peternak sapi sudah sejak sepuluh tahun lalu, atau setelah menikah. Pengalaman beternak ini memang sudah saya dapatkan dari sejak kecil. Sebab sebagai petani, orang tua saya juga memiliki usaha sampingan sebagai peternak. Namun itu dilakukan secara liar," katanya.

Diakuinya bahwa merobah perilaku masyarakat dari kebiasaan beternak secara liar menjadi teratur dengan cara dikandangkan, cukuplah sulit.

" Memiliki usaha sebagai petani ternak, sebenarnya sangatlah menguntungkan secara ekonomi. Namun di daerah ini, masyarakat yang benar-benar serius menekuni pekerjaan ini sangatlah jarang. Sebab beternak  hanya jadikan sebagai usaha sampingan. Karena sampingan, sehingga ternak yang mereka miliki dibiarkan begitu saja, tanpa melalui perawatan yang seharusnya, apa lagi dikandangkan," ungkapnya.

Karena ternak baik kambing maupun sapi menjadi penyumbang kesemrautan di Kota Painan, sehingga setiap kali ada program bantuan kepada peternak, tidak ada yang disalurkan kepada petani peternak yang berada di Kota Painan.

" Ini tentu menimbulkan kecemburuan tersendiri bagi peternak yang ada. Sebab mereka yang berdomisili di Kota Painan, tidak menjadi prioritas bantuan oleh pemerintah. Setelah saya telusuri, ternyata salah satu penyebabnya karena dari kebiasaan melepas ternak secara liar itu," ujar suami Rita Adersye, 30.  

Agar persoaan itu tidak berkepanjangan, sehingga beberapa masyarakat pemilik ternak Kampung Pincuran Boga Nagari Painan Selatan sdikumpulkanya.

" Melalui pertemuan itu saya sampaikan kepada semua anggota kelompok untuk mensepakati tidak lagi melepas ternak secara liar. Kemuadian kelompok yang telah terbentuk sejak dalapan tahun ketika itu, dibuatkan akte notaris. Sebab salah satu peryaratan untuk bisa mendapatkan bantuan adalah kelompok yang terdaftar dan memiliki akte notaris. Namun khusus di Kota Painan, harus memiliki komitmen agar ternak yang ada dipelihara dengan cara dikandangkan," ujarnya.

Berkat komitmen dan kesepakatan bersama itu, sehingga semua anggota kelompok yang bergabung, diberi tanggung jawab untuk menanam rumput pada lahan yang ada sebagai pakan ternak.

" Itu kami mulai sejak dua tahun lalu, sambil juga terus melakukan pendekatan dengan kelompok-kelompok ternak lain yang ada di Pessel, serta juga dengan Dinas terkait," ujarnya.

Disampaikanya bahwa upaya yang dilakukanya itu, secara perlahan mulai menunjukan hasil. Hal itu ditandai dengan dijadikanya Kelompok Ternak Pincuran Boga Sakato oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Pessel, sebagai sasaran batuan hamparan Hijau Makanan Terna (HMT) seluas 2 hektare tahun 2016.

" Memasuki Bulan Mai tahun 2017, Kelompok yang memiliki anggota sebanyak 10 orang ini, kembali mendapat bantuan dari Disnakeswan Pessel sebanyak 9 ekor sapi jenis bali. Berkat bantuan ini, sehingga jumlah sapi yang kami miliki dalam kelompok menjadi 20 ekor. Semua sapi ini kami pelihara dengan cara dikandangkan pada lahan yang tersedia," ujarnya.

Terkait dengan hamparan HMT yang memiliki luas 2 hektare tersebut, sangatlah mencukupi untuk pakan ternak. Bahkan jika ada masyarakat atau kelompok ternak yang membutuhkan bibit HMT, kelompok ternak Pincuran Boga Sakato akan memberikan secara gratis.

" Kami akan memberikan bibit pakan ternak untuk hamparan HMT bagi masyarakat atau kelompok ternak secara gratis. Sebab bibit yang kami kembangkan saat ini, juga diberikan secara gratis oleh pemrintah. Makanya bagi yang juga membutuhkan, kami akan memberikan pula secara gratis," ujarnya.

Ditambahkanya bahwa memiliki usaha sebagai peternak, sangatlah menguntungkan secara ekonomi.

" Saya katakan demikian, sebab dengan lahan seluas 2 hektare, akan bisa memberikan penghasilan mencapai Rp 40 juta per bulan. Sebab pada lahan seluas itu, jumlah ternak yang bisa dipelihara bisa mencapai 60 ekor. Dengan harga sapi bali dewasa jantan Rp 10 juta per ekor, maka tiap bulan rata-rata bisa menjual sebanyak 4 ekor," jelasnya.

Kepala Bidang (Kabid) Produksi pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Pessel, Yusmal ketika dihubungi mengatakan bahwa hewan ternak di daerah itu sering menimbulkan persoalan sosial di masyarakat, terutama sapi dan kambing.

" Sebab dua jenis hewan tersebut selama ini dilepas secara liar saja oleh si pemilik. Kebiasan itu jelas menimbulkan terganggunya ketertiban dan kenyamanan warga, terutama sekali di Kota Painan. Makanya Disnakeswan Pessel, tidak memprioritaskan berbagai bentuk bantuan bidang peternakan bagi warga Kota Painan," ungkapnya.

Namun kondisi itu disampaianya sudah jauh berbeda sejak dua tahun terakhir, terutama sekali sejak mulai terdaftarnya Kelompok Ternak Pincuran Boga Sakato, sebagai salah satu kelompok ternak pada Disnakeswan Pessel.

" Karena kegigihan dan keseriusan Efriwandi sebagai ketua kelompok dalam menata anggota yang bergabung. Sehingga ternak yang selama ini lepas, mulai dikandangkan oleh sipemilik. Termasuk juga bagi masyarakat lainya. Ini patut mendapat apresiasi oleh pemerintah. Salah satunya adalah dengan disalurkanya berbagai bantuan kepada mereka. Baik bantuan dalam bentuk hamparan HMT, maupun dalam bentuk sapi," ujanya.

Dia berharap apa yang sudah dilakukan Kelompok Ternak Pincuran Boga Sakato tersebut, juga dapat ditiru oleh petani ternak lainya di Pessel.

" Sebab beternak merupakan usaha sampingan yang sangat menguntungkan secara ekonomi. Saya katakan sampingan, sebab 10 anggota kelompok yang bergabung itu, masing-masingnya memiliki lahan perkebunan pala. Minimal per orangnya 1 hektare, bahkan ada yang 8 hektare," jelasnya.

Ditambahan lagi bahwa di daerah itu jumlah Rumah Tangga Peternak (RTP) ada sebanyak 30.588, dan kelompok petani ternak sebanyak 524 kelompok pula.

" Mereka itu tersebar di 15 kecamatan yang ada, dengan jumlah ternak sebanyak 80.976 ekor yang terdiri dari 21.806 ekor jantan, dan 59.170 ekor betina," tutupnya. (05)

 

Penulis: Yoni Syafrizal
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Kategori

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.