Dua Jenis Hewan Plasmanutfa Asli Pessel Akan Tetap Dilestarikan

11 Mar 2018 1199 x Dibaca

Painan, 11 Maret 2018--Sebagai daerah yang memiliki dua jenis hewan yang diakui sebagai pemilik plasmanutfa asli di Indonesia, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), akan terus berupaya untuk menjaga dan melestarikanya.

Dua hewan piaraan yang cukup digemari oleh masyarakat untuk dikonsumsi dagingnya itu adalah itik bayang dan sapi pasisia.   

Hal itu disampaikan kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Pessel, Hazrita kepada pesisirselatan.go.id Minggu (11/3) di Painan.

Dijelaskanya bahwa dua jenis hewan seperti  itik bayang, dan sapi pasisia itu sampai sekarang masih bertahan keberadaanya.

" Saat ini keberadaan dua jenis hewan ini masih terlihat bertahan. Karena merupakan salah satu kekayaan khas Indonesia dan telah diakui dunia sebagai hewan yang memiliki kekhususan, maka keberadaanya harus tetap dilestarikan," katanya.

Disampaikanya bahwa sapi pasisia memiliki perawatan lebih kecil dari sapi lainya, memiliki serat halus.

" Untuk jenis jantan dewasa umur 4-6 tahun memiliki bobot badan 186 kg dengan tinggi 99 cm. Sedangkan warna bulu pola tunggal terdiri atas lima warna utama, yaitu merah bata, kuning, coklat, hitam, dan putih. Tanduk pendek dan mengarah keluar seperti tanduk kambing. Sapi jantan memiliki kepala pendek, leher pendek dan besar, belakang leher lebar, punuk besar, ukuran tubuh pendek, membulat," ujarnya.

Sedangkan sapi betina memiliki kepala agak panjang, tipis kemudian miring, pendek, tanduk kecil dan mengarah keluar. Umur bunting pertama 30 bulan dan umur beranak pertama 40 bulan.

Daya tahan hidup tinggi, mampu mengkonsumsi serat kasar tinggi, bisa bertahan hidup dengan nutrisi kurang, beradaptasi dengan lingkungan tropis, tahan terhadap penyakit tropis dan temperamen jinak.

" Makanya sapi lokal pasisia ini lebih mudah dikendalikan dalam pemeliharaan," ujarnya.  

Selanjutnya itik bayang memang memiliki ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki itik lainnya.

Itik Bayang betina, memiliki badan lebih lebar, paruh agak pendek, produksi telur kalau dipelihara secara tradisional sekitar 180 - 186 butir per tahun dan kulit telur berwarna hijau.

Diungkapkanya bahwa itik bayang bentuk tubuhnya mirip dengan itik Magelang dengan perbedaan warna bulu yang seragam tidak berotot dan bentuk leher yang tidak punya gelang.

" Untuk lebih memudahkan para peternak itik dalam memilih itik yang akan dibudidayakan atau dipelihara, sebaiknya mengetahui dan memahami ciri-cirinya," ungkap Hazrita.

Sedangkan itik bayang jantan, dikatakan pula memiliki ciri-ciri bulu putih atau abu-abu, warna tunggal, leher pendek, paruh dan kaki berwarna abu-abu kehitaman, bulu mengandung minyak. Sehingga walaupun berendam lama dalam air, bulu tidak akan basah.

" Ini berguna untuk mempertahankan tubuhnya supaya tetap kering," tutupnya. (05)

 

Penulis: Yoni Syafrizal
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Kategori

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.