Sebuah inovasi menarik hadir di Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan. Kamis (22/8/2025), Bupati Hendrajoni meresmikan Pompa Minyak Goreng (Pom Migor), layanan penjualan minyak goreng curah berbasis digital yang digagas oleh PT Pesisir Maju Sejahtera (PMS). Program ini tidak sekadar memudahkan masyarakat membeli minyak goreng dengan harga lebih terjangkau, tetapi juga membuka peluang usaha dan menghadirkan manfaat bagi lingkungan.
Pom Migor merupakan pusat penjualan minyak goreng curah berkualitas yang dilengkapi dengan teknologi dispenser digital. Sistem ini dirancang untuk mempermudah konsumen mendapatkan minyak goreng secara higienis, dengan harga lebih terjangkau, dan takaran yang akurat. Konsepnya menyerupai stasiun pengisian bahan bakar, namun khusus untuk minyak goreng, sehingga dapat membantu masyarakat dan pelaku UMKM memenuhi kebutuhan pokok dengan lebih efisien dan ekonomis.
Bupati Hendrajoni dalam sambutannya menyampaikan bahwa kehadiran Pom Migor sejalan dengan Program Nagari Kenyang, salah satu upaya pemerintah daerah untuk memperkuat ketahanan pangan. “Pemerintah daerah berkomitmen penuh untuk menjamin ketersediaan bahan pangan masyarakat, termasuk beras dan minyak goreng. Kehadiran Pom Migor merupakan langkah inovatif yang patut didukung. Bahkan, saya merekomendasikan agar Pom Migor ini bisa dikelola melalui BUMNag sebagai salah satu unit usaha ekonomi nagari di Pesisir Selatan,” ujarnya.
Dengan dukungan ini, inovasi pihak swasta tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari ekosistem pembangunan daerah. Pemerintah melihat potensi besar Pom Migor sebagai model usaha berbasis nagari yang bukan hanya membantu stabilisasi harga, tetapi juga menciptakan sumber pendapatan baru untuk masyarakat.
Ekonomis dan Berpeluang Jadi Usaha BUMNag
Direktur PT PMS, Efendi, menjelaskan bahwa Pom Migor dirancang untuk mempermudah masyarakat memperoleh minyak goreng dengan harga lebih murah karena dijual curah tanpa kemasan. Selain itu, program ini membuka peluang kemitraan dengan paket investasi mulai Rp 27,5 juta hingga Rp 35 juta, lengkap dengan mesin dispenser digital, stok awal, izin resmi, dan pelatihan.
Menariknya, mitra berpotensi meraih keuntungan hingga Rp 2 juta untuk setiap ton minyak goreng yang terjual. Jika dikelola oleh BUMNag, ini bisa menjadi salah satu sumber pendapatan nagari yang berkelanjutan.
Mengapa Disebut Ramah Lingkungan?
Salah satu nilai tambah Pom Migor adalah klaimnya sebagai solusi ramah lingkungan. Mengapa? Karena minyak goreng dijual tanpa kemasan plastik sekali pakai, pembeli membawa wadah sendiri atau menggunakan botol isi ulang. Pola ini membantu mengurangi sampah plastik, yang selama ini menjadi persoalan serius di daerah pesisir.
Namun, ramah lingkungan tidak berhenti di situ. Tantangan berikutnya adalah bagaimana memastikan kebersihan wadah konsumen dan kualitas minyak tetap terjaga. Untuk itu, PT PMS menggunakan mesin dispenser digital yang mengurangi kontak langsung dan meminimalkan kontaminasi.
Jika dibandingkan dengan minyak goreng kemasan yang setiap kali dibeli menambah tumpukan plastik, konsep isi ulang seperti ini jelas lebih berkelanjutan. Apalagi, pemerintah daerah saat ini juga gencar mengkampanyekan pengurangan plastik melalui program pengelolaan sampah terpadu.
Sinergi Swasta dan Pemda untuk Kemandirian Pangan
Kehadiran Pom Migor menjadi bukti bahwa inovasi pihak ketiga dapat sejalan dengan kebijakan pemerintah daerah. Dukungan Bupati bukan sekadar formalitas, tetapi bentuk nyata sinergi antara swasta dan pemerintah untuk mencapai kemandirian pangan dan ekonomi nagari yang kuat.
Selain memperkuat ketahanan pangan, program ini juga menjadi ruang pembelajaran bagi masyarakat bahwa solusi masa depan tidak hanya soal teknologi, tetapi juga tentang keberlanjutan—baik secara ekonomi maupun lingkungan.
Dengan konsep ekonomis, inovatif, dan ramah lingkungan, Pom Migor membuka harapan baru. Harapan agar nagari tidak hanya menjadi penonton dalam arus ekonomi, tetapi juga pemain aktif yang memanfaatkan teknologi untuk kesejahteraan bersama.