27-3-2018 : Memburu Kelompok Tan Baro

27 Mar 2018 733 x Dibaca

Dengan selesainya upacara pelepasan Tengku Asmal, para menteri kerajaan kembali ke Istana untuk membahas tindak lanjut penyelesaian kekacauan di pelabuhan Muarasakai. Sultan ingin memastikan bahwa masalah ini dapat diselesaikan oleh kerajaan sendiri, tanpa minta bantuan kepada pihak manapun. Jika pihak lain ikut campur, pikir Sultan,  maka dipastikan kerajaan kesultanan Inderapura akan dianggap lemah oleh kelompok Tan Baro.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Sultan dari para teleksandi, bahwa para anggota kerajaan yang telah lama melarikan diri dan saat ini bermukim di  Air Manjunto, karena tidak suka dengan penunjukan Sultan Munawar, telah meminta bantuan kepada Portugis di Malaka. Pihak keturunan Putri Mambang Surau dan keluarga besarnya, yang merupakan saudara sepupu Sultan, yang menguasai Air Manjunto. 

Namun Portugis belum memberikan tanggapan pembelaan, karena potensi Air Manjunto tidak menguntungkan bagi Portugis. Tidak banyak yang bisa diperoleh Portugis dari Air Manjunto. Hanya hasil pertanian padi yang juga tidak seberapa yang dihasilkan Air Majunto. Sedangkan emas dan kopi dari Bengkulu sudah dikuasai oleh Pedagang Banten, yang menjual langsung ke Malaka  dan Batavia, sehingga Portugis merasa tidak berkepentingan untuk menguasai Air Manjunto.

Portugis memang telah lama mengincar emas di Salido dan lada dari Inderapura, tapi kekuatan kesultanan Inderapura masih terlalu kuat untuk dihadapi oleh Portugis. Dengan demikian,  menurut pikiran Sultan, jika Portugis mengetahui kondisi Inderapura hari ini, bisa jadi Portugis berniat membantu Air Manjuto menyerbu Inderapura, dan sekaligus akan dapat menguasai Salido dan Pulau Cingkuk di pesisir Painan. Sudah lama pula Portugis ingin membangun benteng di Pulau Cingkuak guna menguasai pesisir barat, namun hingga saat ini belum dapat diwujudkannya karena hambatan dan tantangan dari Kesultanan Inderapura. Inilah yang dikuatirkan oleh Sultan, makanya tindakan cepat harus disegerakan agar tidak tercium oleh Portugis di Malaka.

Sebenarnya sudah lama Sultan ingin menghancurkan keluarga Putri Mambang Surau, sempalan kerajaan di Air Manjunto, tapi selalu terganjal dengan pesan ayahandanya, agar melupakan saja, karena mereka juga tidak akan mampu menghadapi kekuatan Kesultanan Inderapura. “Biarkan saja mereka hidup, asalkan tidak menganggu”, demikian pesan ayahanda Sultan.

Disamping itu, mereka adalah masih saudara Sultan, seperti kemenakan ayahanda Sultan, anak Mak Tuo Sultan, dan ada juga anak adik ayah Sultan. Mereka masih saudara, tapi karena hasutan dan rongrongan dari beberapa penasehat kerajaan di masa Ayah Sultan berkuasa, makanya mereka membangun kekuatan sendiri di Air Manjunto. Namun kekuatan itu masih kalah jauh dibandingkan dengan Kesultatan Kerajaan Inderapura. Dan yang paling utama adalah, bahwa Bujangsabaleh turut menjamin kehadapan Sultan  bahwa mereka tidak akan mengadakan perlawanan kepada Kerajaan Kesultanan Inderapura.

Air manjuto tidak memiliki sumberdaya ekonomi yang bagus, bahkan jalur perdagangannya juga tidak banyak. Hanya para pedagang Banten yang membeli rempah rempah dan kayu arang di Air Manjunto.   

Di akhir pertemuan, Sultan memberikan arahan, agar para prajurit segera disiapkan untuk memburu kelompok Tan Baro ke Air Manjuto. Jika perlu kerahkan setengah prajurit dan kekuatan tempur kerajaan. Sedangkan untuk perbaikan Pelabuhan Muarasakai, ditugaskan Menteri Urusan Perhubungan Rangkayo Rajo Nakhodo, mengkoordinir dengan semua kepentingan di kerajaan. 

Menteri Keamanan diperintahkan segera menghubungi Bujang Sabaleh, apakah ia berada dipihak kerajaan atau ikut bersekongkol dengan Tan Baro, karena Bujang Sabaleh di daerah selatan hingga Air Manjuto cukup berpengaruh. Bagi Sultan, sampai saat ini Bujang Sabaleh masih dianggap bagian dari kekuatan kerajaan, sehingga Bujang sabaleh diberikan hak kelola pemerintahan di Silaut, dan mengusai pelabuhan Muaro Simbungo.

Dari sisi strategi, Sultan meminta sebagian prajurit di bawah kendali Panglima Panambam untuk menyusuri dari darat dengan berkuda, agar situasi dapat dikendalikan dengan segera. Panglima Panamban diminta untuk mampir ke rumah Manderubiah, guna mohon restu agar tugas di bagian selatan dapat diselesaikan dengan cepat. Jika Panglima Panamban bersua dengan Tuo magek di Lunang, mohon restu beliau dan sampaikan salam Sultan kepada orang tua itu.  Untuk pasukan yang akan berlayar menyusuri pantai barat ke selatan akan langsung dipimpin oleh Menteri Keamanan, Rangkayo Rajo Prang.

Sedangkan pengamanan Kotaraja Inderapura diserahkan kepada Menteri Dalam Negeri,  dengan pasukan yang tidak ikut mengejar kelompok Tan Baro, serta para pengawal istana. Upaya pengejaran terhadap kelompok Tan baro segera dimulai besok pagi, ketika matahari terbit. Hari ini masih bisa dilakukan persiapan persiapan untuk perbekalan para prajurit. Sultan memerintahkan, tangkap hidup atau mati Tan baro, sebagai konsekwensi atas pengkhianatan kepercayaan yang telah diberikan Sultan selama ini.  Dan sisihkan jika ada yang menghalangi dan membantu Tan Baro dalam kekacauan di Muarasakai yang baru lalu.

Pagi menjelang matahari terbit, pasukan sudah siap berangkat. Bagi prajurit yang berlayar menyisiri pantai menuju Manjunto sudah di atas kapal masing masing. Layar akan segera dikembangkan. Sementara prajurit yang melawati darat dengan berkuda juga sudah siap di sisi kudanya masing masing. Ada sekitar 500 orang pasukan berkuda yang akan menempuh perjalanan darat di bawah kendali Panglima Panambam. Setelah semua siap, Sultan melepas pasukan darat menuju Tapan, yang akan dilanjutkan menuju Silaut, dan Air Manjunto. Demikian juga kapal-kapal yang akan menyisiri pantai juga sudah mulai mengangkat sauhnya tanda kapal segera berlayar meninggalkan pelabuhan menuju ke Muara Gedang, dan terus menuju laut  ke arah selatan. Bersambung.....

Penulis: erizon
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.