26-3-2018 : Menerima Pinangan Pangeran Firman Syah

26 Mar 2018 740 x Dibaca

Ketegangan yang terjadi beberapa saat yang lalu di sekitar Istana dan pelabuhan, suasananya telah mulai biasa. Namun demikian, para prajurit yang ditugaskan menjaga istana masih dalam kondisi siap siaga. Di sudut sudut istana, baik di bagian depan maupun di bagian belakang, seperti yang ditugaskan oleh Panglima Panamban, pasukan panah tetap dalam kondisi anak panah masih terpasang.  

Rombongan Sultan dan Menteri serta para perwira tinggi kerajaan dari pelabuhan Muarasakai memasuki komplek istana. Para pengawal dalam kondisi sangat siap dan tegang, walau para pengacau telah ditumpas.  Mereka kuatir kalau ada sisa-sisa prajurit pengikut Tan baro berkeliaran dan memanah dari jarak jauh. Bahkan di antara prajurit juga ada yang saling curiga satu sama lain. Para telek sandi menelisik setiap gerakan yang mencurigakan, untuk segera dilaporkan kepada Menteri Keamanan atau Panglima Panamban.

Matahari telah mulai tegak. Semua telah berkumpul dan kembali di istana sebagai mana yang dititahkan Sultan. Para  menteri dan penasehat kerajaan diundang makan siang bersama oleh Sultan. Sedangkan untuk prajurit telah diantar oleh para juru kawal istana perbekalan bagi keperluan makan siang prajurit di pelabuhan.  

Mereka makan bersama di ruang tengah, sambil bercakap memperbincangkan hal hal yang masih menjadi tanda tanya atas kejadian yang baru lalu. Dalam makan siang itu juga diundang Tengku Asmal, utusan kesultanan Aceh, yang sebentar lagi juga akan meninggalkan Inderapura.

Setelah makan usai, menjelang beduk tanda sholat zuhur akan tiba Sultan mengumumkan, bahwa pihak keluarga Sultan telah menerima pinangan Pangeran Firmansyah dari kerajaan kesultanan Aceh. Semua merasa gembira atas keputusan Sultan, bahkan ada juga menteri yang bertepuk tangan atas keputusan ini.

Tanda pinangan pangeran Firmansyah diterima oleh keluarga Sultan berupa sebungkus kain sutera, dan emas, serta tikar sholat, yang disusun rapi dalam sebuah tilam loyang berwarna emas. Sedangkan balasannya akan disampaikan oleh Ibunda Tuan Putri kepada Tengku Asmal secara resmi menjelang keberangkatan nanti sore. Untuk keberangkatan Tengku Asmal dan pasukannya telah disediakan sebuah kapal kerajaan sebagai ganti kapal Tengku Asmal yang dibakar oleh kelompok Tan Baro. Menteri pertahanan telah perintahkan agar kapal Tengku Asmal dikawal hingga selepas pantai Air Haji.

Menurut berita dari kalangan istana bahwa ternyata Putri Dewi juga senang dengan pinangan ini. Putri Dewi sudah mengenal pangeran Firmansyah, ketika belajar di Malaka. Jadi Sultan hanya tinggal merestui saja.  Apalagi peringatan dan pesan dari Tuo Magek sangat diingat oleh Sultan, agar menerima saja pinangan dari Pangeran Firmansyah ini.

Setelah pinangan diterima, siang menjelang keberangkatan Tengku Asmal dilakukan perundingan lagi antara pihak kesultanan dengan Tengku Asmal. Dari Kesultanan Inderapura, Sultan telah mengutus dan mewakilkan kepada Menteri Dalam Negeri, Rangkayo Singo Direjo.   Hal-hal yang dibahas, adalah kapan keluarga Kesultanan akan berangkat ke Ulee, dan waktu pesta pernikahannya. Pihak Kesultanan Aceh menghendaki pesta besar diadakan di Ulele, dan langsung dihadiri oleh keluarga besar kesultanan Inderapura. Karena jarak yang sangat jauh, maka disepakati agar perundingan disederhanakan saja, mengenai waktu pernikahan, pesta pernikahan, dan kapan pula diadakan di Inderapura.

Dari perundingan disepakati bahwa berita yang akan disampaikan oleh Tengku Asmal kehadapan Sultan Asceh adalah, pesta dilakukan setelah selepas bulan purnama ini, yakni setelah Hari Raya Haji. Rombongan dari Inderapura akan datang sebanyak 360 orang anggota rombongan dengan 10 kapal kerajaan. Semua akan menetap di Ulele dekat istana kerajaan Kesultanan Aceh.

Rangkayo Singo Direjo melaporkan kehadapan Sultan hasil pertemuan, dan Sultan dapat menyetujui dan memahami hasil keputusan perundingan tersebut. Usulan tambahan dari Sultan hanya agar diikutsertakan anggota prajurit pengawal Putri Dewi selama Putri Dewi di Ulele. Dan itu telah pula disepakati oleh Tengku Asmal untuk disampaikan kehadapan Sultan Kerajaan Kesultanan Aceh.

Ketika matahari sudah makin condong ke arah barat, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Seberang Laut, serta Menteri Keamanan akan segera melepas utusan kesultanan Aceh dari Pelabuhan Muarasakai.  Menjelang Tengku Asmal dan rombongan berangkat ke pelabuhan, dilakukan penyerahan balasan tanda  pinangan  yang disampaikan oleh Ibunda Putri Dewi dan didampingi oleh Sultan di halaman depan Istana kepada Tengku Asmal.

Sesuai dengan adat istiadat kebiasaan, balasan tanda mata pinangan yang disampaikan oleh pihak keluarga Sultan antara lain berupa carano  berisi kain sarung, seikat sirih, pakaian kebesaran untuk pangeran Firmansyah, peci khas kesultanan, sendal kulit, dan sebiji batu permata hijau pilihan. Di samping itu, juga dikirim sepucuk surat dari Sultan Munawar sebagai balasan Surat Sultan Kesultanan Kerajaan Aceh.

Setelah semua  selesai, rombongan bergerak ke pelabuhan. Dalam pikiran Tengku Asmal, ternyata kekuasaan Sultan Inderapura masih cukup kuat. Hal ini dibuktikan dengan mudahnya Sultan memadamkan pemberontakan yang dilakukan Tan Baro. Semua kekuatan dengan cepat di bawah kendali Sultan. Hampir tidak ada gerakan pembelokan dari para kerabat Sultan, yang menandakan pusat kekuasaan sepenuhnya masih di bawah kendali Sultan.

Di pelabuhan keadaan masih disibukkan dengan pembersihan sisa-sisa rongsokan kapal dan kayu kayu kebakaran kapal. Sebuah kapal yang cukup besar telah bersandar dengan baik, yang akan membawa rombongan Tengku Asmal. Semua anak buah kapal dan kapten kapal semuanya adalah prajurit Kesultanan Aceh. Hanya kapal saja yang merupakan milik kesultanan Aceh, yang sesungguhnya telah diserahkan kepada Tengku Asmal sebagai ganti atas kapalnya yang dibakar oleh kelompok Tan baro. Bendera kerajaan Inderapura sengaja dipasang agar dalam perjalanan tidak terjadi gangguan pleh para nelayan atau perompak selama pelayaran menuju Pariaman.   

Upacara pelepasan sederhana telah disiapkan, yang langsung dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri. Menjelang beduk Ashar, kapal dilepas dengan lambaian perpisahan oleh para menteri yang hadir. Dalam pelepasan itu, telah disepakati pula bahwa kapal Tengku Asmal akan di kawal oleh dua kapal perang kerajaan Kesultanan Inderapura hingga perairan Air Haji. Bersambung ....

 

Penulis: erizon
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.