Pessel Jadikan Manggis Sebagai Ekonomi Andalan Masa Datang

04 May 2017 748 x Dibaca

Besarnya manfaat buah manggis bagi kesehatan membuat tanaman ini bukan saja digemari sebagai makanan yang enak untuk dikonsumsi. Namun juga diburuh untuk kebutuhan berbagai obat dan kosmetik.

Kulit buah yang selama ini diabaikan, ternyata memiliki khasiat yang besar. Hal ini membuat sebagian pengusaha memanfaatkanya untuk mendapatkan keuntungan dari buah yang cukup murah ini.

Painan, April 2017--Besarnya potensi yang dimiki oleh Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) untuk mengembangkan tanaman manggis, diyakini dapat sebagai topangan ekonomi yang cukup menjanjikan bagi masyarakat di daerah itu di masa datang.

Dari 15 kecamatan yang ada di Pessel, tiga kecamatan dijadikan sebagai sentra manggis. Tiga kecamatan itu diantaranya Sutera, Lengayang dan Kecamatan Linggo Sari Baganti. Walau yang dinyatakan sebagai sentra hanya tiga kecamatan, namun penyebaran tanaman ini tetap ada di semua kecamatan.

Ketua Kelompok Tani (Keltan) Manggis Harapan Maju Kampung Akad Nagari Kambang Kecamatan Lengayang, Ambri manto mengatakan kepada pesisirselatan.go.id beberapa waktu lalu bahwa di nagari itu tanaman manggis sudah ada dari sejak lama.

" Karena manggis diyakini oleh masyarakat memiliki nilai ekonomi dan bisa dijadikan sebagai andalan, sehingga sejak empat tahun terakhir masyarakat mulai membudidayakanya di nagari ini. Sekarang jumlah anggota kelompok saya sebanyak 25 orang dengan luas lahan mencapai 25 hektare lebih," katanya.

Dijelaskanya bahwa tanaman manggis yang dikembangkan melalui program budidaya memang belum memasuki masa panen, sebab baru berumur tiga tahun.

" Kalaupun ada lahan yang sudah panen, itu merupakan tanaman lama. Sebab manggis memang sudah ada dari sejak lama di nagari ini," kata Ambri Manto lagi.

Dijelaskanya bahwa berbagai kendala dan persoalan memang masih dihadapi oleh kelompoknya dalam melakukan pengembangan dan budidaya. Kendala itu bukan saja dalam hal produksi dan kualitas, tapi juga terhadap jaminan pasar.

" Secara kualitas hasil panen manggis masyarakat di nagari ini berpariasi. Semua itu tergantung pada kondisi cuaca. Saya katakan demikian, sebab bila musim panen bertepatan dengan musim hujan, buah kualitas buah manggis akan menurun. Sebab manggis akan mengeluarkan getah kuning dan burik seperti kulit sawo. Bila ini terjadi, maka manggis yang sudag dipanen akan masuk pada kualitas lokal dengan harga Rp7-8 ribu per kilogram," ujarnya.

Kendala lain yang juga dihadapi dalam meningkatkan kualitas adalah masih cendrongnya sebagian besar petani menjual hasil panenya dengan cara borongan atau tidak melalui sortiran.

" Hal ini tentu membuat manggis yang kualitas lokal dan ekspor bercampur menjadi satu. Akibantnya tentu berpengaruh terhadap harga. Padahal bila dilakukan sortiran, satu kilogramnya bisa terjual seharga Rp 31-33 ribu. Bahkan menjelang Hari Raya Imlek kemaren, harga kualitas ekspor menembus angka Rp 40 ribu per kilogram. Sayangnya di daerah ini tidak lagi menghadapi musim panen," jelasnya lagi.

Terpisah ketua Kelompok Tani Manggis Batu Putih, Ujang S di Kampung Pasir Lawas Nagari Kambang Kecamatan Lengayang ketika dihubungi mengakui bahwa kecendrungan masyatakat menjual hasil panen secara global atau tidak melalui sortiran itu memang berpengaruh terhadap harga jual.

" Walau tidak melalui sortiran, tapi harga jual manggis dari petani kepada pedagang pengumpul tetap berpedoman kepada  kualitas. Karena kualitasnya bercampur, maka oleh pedagang dihargai Rp 18 ribu per kilogram. Agar kualitas super atau untuk ekspor bisa menembus harga Rp31-33 ribu, maka dilakukanlah sortiran oleh pedagang sebelum dikirim ke luar daerah," jelasnya.

Diakuinya bahwa sebagai ketua kelompok tani, dia juga berprofesi sebagai pedagang pengumpul di nagari itu.

" Agar ketika menjual hasil panen petani tidak rugi, sehingga sebagai ketua kelompok saya juga melakukan pembinaan kepada anggota tentang tata sara budidaya dan tata cara produksi. Sebab bila itu terabaikan, maka buah manggis akan menghasil getah kuning dan burik," ujarnya.

Upaya itu diakuinya sudah mulai mebuahkan hasil sejak dua tahun terakhir, sebab sebagian besar petani manggis sudah melakukan cara panen yang baik dengan menggunakan gala dan keranjang. Demikian juga dalam melakukan penanaman dengan jarak sepuluh kali sepuluh meter.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Lengayang Usmardi ketika ditanya menjelaskan bahwa di kecamatan itu terdapat lima kelompok tani yang melakukan budidaya manggis. Masing-masing kelompok beranggotakan antara 15 sampai 25 orang dengan total aggota secara keseluruhan sebanyak 85 orang.

" Program budidaya manggis sudah dilakukan di Lengayang sejak tiga tahun lalu. Karena masih baru, sehingga manggis yang ditanam melalui program belum ada yang panen, kecuali manggis yang sudah ada sejak lama atau manggis tua," jelasnya.

Diungkapkan bahwa pihaknya terus melakukan pembinaan kepada petani manggis di kecamatan itu agar hasil panen mereka berkualitas.

" Salah satu keluhan yang dihadapi petani manggis di kecamatan ini adalah masih ditemuinya manggis yang bergetah kuning dan burik. Akibatnya, manggis tidak bisa masuk pada kategori super dengan harga jual tinggi. Ini sebenarnya bisa diatasi melalui cara panen dan masa panen. Termasuk juga pengaruh lahan dimana tanaman ini tumbuh. Sebab dilapangan terlihat manggis yang tumbuh jauh dari tanah rawa, akan menghasilkan panen yang berkualitas, ketimbang yang tumbuh di tanah rawa. Ini nampaknya perlu mendapat perhatian oleh petani sebelum melakukan penanaman manggis," terangnya.

Hal lain yang juga harus diperhatikan oleh petani sebelum melakukan penanaman manggis adalah jarak tanam.

" Ideal jarak jarak tanam manggis adalah sepuluh kali sepuluh meter. Ini harus menjadi perhatian bagi petani, sebab dengan jarak itu, satu batang manggis bisa menghasilkan panen rata-rata 250 kilogram per batang. Jika harga jual bisa menembus Rp 30 ribu sa per kilogramnya, maka satu batang pohon manggis akan menghasilkan uang sebesar Rp 7,5 juta dalam satu tahun. Jika dikalikan dengan 100 batang, maka dalam satu tahun bisa menghasilkan uang Rp750 juta. Ini merupakan harga yang pantastis dan tidak mustahil itu akan bisa tercapai," jelasnya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Pessel, Jumsu Sutrisno dengan didampingi kepala Bidang (Kabid) Hortukultura, Widyadari mengakui kepada pesisirselatan.go.id bahwa manggis telah menjadi salah satu tanaman buah-buahan yang semakin berkambang dan diminati oleh masyarakat di daerah itu.

" Harga jual kualitas ekspor yang cukup tinggi ditengah ketersedian lahan yang subur, menjadi salah satu motivasi bagi masyarakat Pessel semakin antusias melakukan pengembangan dan budidaya tananam manggis. Bahkan luas lahanyadi daerah itu telah mencapai 983 hektare hingga saat ini. Jika dibandingkan dengan 12 tahun yang lalu, telah terjadi peningkatan yang cukup tinggi. Sebab pada tahun 2003 itu, luas tanaman manggis hanya 283 hektere di Pessel," terangnya. 

Ditambahkanya bahwa peningkatan luas lahan mencapai 700 hektare sejak tahun 2003 itu, memang berkat program pengembangan budidaya yang dilakukan pemerintah melalui Dispertahorbun.

"  Walau tanaman ini ada di semua kecamatan, namun yang dijadikan sebagai sentra hanya tiga kecematan. Tiga kecamatan itu diantaranya Sutera, Linggo Sari Baganti, dan Kecamatan Lengayang," ungkapnya.

Lebih jauh dijelaskan bahwa tahun 2015 produksi manggis Pessel yang diekspor ke luar daerah sudah mencapai 150 ton.

Pasar utama manggis kualitas eksporasal Pessel adalah Singapura melalui Batam dengan harga yang dipatok pedagang  sebesar Rp31-33 ribu per kilogram. Sedangkan untuk kualitas lokal hanya Rp7-8 ribu per kilogram.

" Karena kualitas menentukan sebuah harga, sehingga petani selalu saya ingatkan agar tetap menjaga kualitas. Itu disampaikan setiap kesempatan, disamping juga melalui pelatihan dan melalui Sekolah Lapangan (SL) yang digelar," ungkapnya. (05)

Penulis: Yoni Syafrizal
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Kategori

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.