Nasrul Abit pria kelahiran Air Haji 24 Desember 1954 terpilih menjadi Wakil Gubenur Sumbar mendampingi Irwan Prayitno sebagai Gubenur Sumbar masa bakti 2016-2021.
Sebelum menjadi Wakil Gubenur Sumbar terpilih , Nasrul Abit selama tiga periode berturut-turut telah menjadi pemimpin di Kabupaten Pesisir Selatan,yakni menjadi wakil bupati Pessel periode 2000- 2005, mendampingi Kolonel Inf. H Darizal Basir. Lalu, terpilih menjadi Bupati Pessel periode 2005-2010 berdampingan dengan Drs. H. Syafrizal, menjadi Bupati periode, 2010-2015,berpasangan dengan Drs. H Editiawarman, MSi.
Suami dari Wartawati ayah 3 orang putra putri ini mengawali karirnya di Kantor Wilayah Kesehatan Provinsi Lampung tahun 1981 sebagai PNS golongan II,dan ditahun 1999, datang desakan dari sejumlah tokoh IKPS di Bandar Lampung, supaya bersedia mendampingi H. Darizal Basir yang akan melanjutkan kepemimpinan di Bumi Pesisir Selatan,
Pertimbangan di pinangnya Nasrul Abit pada waktu karena Nasrul Abit dinilai mampu dan sukses mengendalikan sejumlah proyek besar, pembangunan rumah sakit disejumlah kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Kepiawaiannya dalam menghidupkan organisasi sosial seperti IKPS, IKML, Pelti, kala itu, serta Kemampuannya membangun komunikasi dengan berbagai pihak menjadi faktor kunci bahwa ia sosok yang tepat untuk dipasangkan dengan H Darizal Basir. Tidak berlebihan jika sosok Nasrul Abit menjadi 'ruh' organisasi,
Dalam menjalankan karirnya sebagai pemimpin di Kabupaten Pesisir Selatan berbagai kebijakan telah dibuatnya untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan.Dengan melakukn pemekaran terhadap nagari dan kecamatan menjadi 182 nagari dan 15 Kecamatan mengantarkan Kabupaten Pesisir Selatan telah keluar dari daerah tertinggal pada tahun 2014
Soal ide,Nasrul Abit memang banyak ide cemerlang. Kabupaten Pesisir Selatan berhasil keluar dari status daerah tertinggal, menjadi salah satu ide yang lantas diiringi dengan kerja nyata dan kesungguhan. Dengan APBD yang terbatas, tentu tidak banyak yang bisa dikerjakan terutama untuk membangun berbagai sarana dan infrastruktur. Tapi bukan berarti tidak bisa, APBD Pessel 67 persen habis untuk membayar gaji dan kebutuhan belanja aparatur, sedikit saja yang bisa dialokasikan untuk belanja publik, namun, soal kreatifitas dan ide maka berkat dukungan SKPD sejumlah proyek mercusuar bisa dilaksanakan.
Caranya, setiap SKPD 'wajib' menjuluk anggaran APBN untuk ditempatkan di Pesisir Selatan. Al hasil, jalan mulus terbentang dari Padang hingga ke Lunang, jalan kabupaten yang semula hanya 1200 km, kini naik dua kali lipat, megaproyek Bendungan Batang Tarusan, Reklamasi Pantai Carocok, Pembangunan Pelabuhan Panasahan, Relokasi RSUD M. Zein Painan, Pengembangan Kawasan Mandeh menjadi Taman Nasional Laut, Swasembda pangan yang terus terjaga, Irigasi yang makin memadai, Bantuan/hibah kepada nelayan, terbukanya akses Bayang-Alahan Panjang dan banyak lagi, termasuk angka melek huruf, merupakan sebagian kecil dari kreativitas itu.
Terkait angka buta huruf, awal 2007 Pemkab Pessel melakukan pendataan langsung kekantong-kantong nagari yang angka buta hurufnya tinggi, dan menemukan penyebabnya. Ternyata, salah satu alasan anak-anak Pessel tidak mau sekolah, karena memang soal biaya pendidikan yang belum terjangkau. Disamping, keengganan untuk sekolah karena pemahaman orang tua yang salah. Lalu, pemerintah daerah mengambil kebijakan seluruh anak usia sekolah, wajib sekolah, dan pemda membebaskan biaya sekolah serta memberikan bantuan peralatan sekolah, sepatu, baju dan buku secara gratis.
Sebagian besar pembangunan di Pessel disokong anggaran yang bersumber dari APBN atau APBD Provinsi. Hal ini memang dilakukan dengan pendekatan komunikasi yang intensif dan kontruktif. Artinya, kepala SKPD harus rajin memelihara komunikasi dan mencari informasi terkait program dan kegiatan yang ada dikementerian dan SKPD Provinsi.
Dua langkah visioner seorang Nasrul Abit akan menjadi catatan sejarah, pertama, soal ajakan untuk sekolah dan pendidikan gratis sehingga Kabupaten Pesisir Selatan kini bebas buta huruf, bahkan anak-anak Pesisir saban tahun bisa masuk perguruan tinggi negeri favorit dalam jumlah besar. Kedua, terkait pemekaran nagari, pada tahun 2001 jumlah nagari di Pessel hanya 37 nagari, namun pada tahun 2010 jumlah nagari menjadi 182.
Pro dan kontra muncul terkait pemekaran ini, ada sejumlah pihak yang risau akan terjadi pemekaran institusi adat, namun setelah dijelaskan bahwa yang mekar itu hanyalah administrasi pemerintahan nagari, semua pihak baru paham. Pada tahun 2013, DPD RI mengusulkan RUU tentang Desa dan kemudian pada tahun 2014 lahirlah UU Desa. Salah satu substansinya menyangkut anggaran desa/nagari yang makin prospektif untuk pengambangan kehidupan dinagari.Pessel maju selangkah lebih jauh, karena Pessel akan menjadi salah satu kabupaten yang akan menerima anggaran bantuan desa/nagari terbesar di Sumatera Barat.
Dan setelah 15 tahun kepemimpinannya di Kabupaten Pesisir Selatan banyak penghargaan yang diraihnya diantaranya Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun, 20 tahun ,Plakat Kota Kecil Tertib Lalu Lintas, Status Lingkungan Hidup Daerah (SLDH) Tahun 2006,Tertib Administrasi Kependudukan (SIAK),Piagam Penghargaan Penyampaian LAKIP 2007,Piagam Adipura,Piagam Penghargaan Dukungan Kontingen Sumbar KONI XVII, Penghargaan 10 Tokoh Terbaik Sumbar 2008,Wahana Tata Nugraha Tahun 2008,Piagam Penghargaan WOC dan CTI Konversi Peraiaran Daerah,Piagam Penghargaan Produksi Beras Diatas 5 Persen,Satya Lencana Pembangunan,Tropy Wahana Tata Nugraha,Penyusunan Buku SLHD Terbaik dan banyak lagi penghargaan yang diterima Nasrul Abit.