Pemkab Pessel hari Rabu (11/2) menggelar ekspedisi jalan tembus Bayang, Pessel - Alahan Panjang Kabupatenh Solok. Jalan tembus yang dulunya juga telah diimpikan nenek moyang Bayang tersebut melewati hutan, lereng dan punggung Bukit Barisan.
Jalan yang nantinya menjadi jalur penting pariwisata Sumbar tersebut membentang sepanjang 21 Km dari Nagari Muara Air hingga Jalan Lintas Tengah di Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Solok. Ekspedisi yang di pimpin Bupati Pessel Nasrul Abit mengawali perjalanan dari Nagari Muara Air sekitar pukul 09.00 WIB menggunakan mobil dan motor trabas. Perjalanan dari Muara Air tersebut peserta disuguhi jalanan tanah yang terjal dan curam. Perjalanan yang menantang dan memicu adrenalin tentunya. Lalu juga hutan perawan dan kampung yang telah lama ditinggalkan penduduknya menjadi pemandangan yang tidak terelakkan. Sekitar pukul 11.30 WIB, rombongan sampai di batas Pessel-Solok.
Menurut Nasrul Abit kawasan ini dulunya sulit mengurus izin dari Kemenhut karena merupakan kawasan penyangga hutan lindung. Pengurusannya telah dimulai semenjak tahun 2004 dan berkas sering bolak balik, namun baru dikabulkan pemerintah pusat sekitar tahun 2012 lalu. Kawasan inilah yang banyak menyita perhatian pemerhati lingkungan dan memperlambat proses pembukaan jalan tembus.
"Alhamdulillah kawasan ini akhirnya diberi izin untuk APL dengan volume 100 meter kali 6000 meter. Jalan sepanjang 12 Km sudah dibuka dengan dana APBD Sumbar beberpa tahun terakhir," katanya. Dikatakannya tahun pertama pemerintahannya, rupanya sejumlah proyek fenomenal di daerah itu terealisasi, salah satunya jalan tembus. Proyek fenomenal itu akan menjadi pondasi awal bagi berkembang daerah itu kedepan, lepas dari isolasi regional. Di Pesisir Barat Sumatera, satu satunya kabupaten yang "terisolasi" dari jalan lintas tengah adalah Pesisir Selatan.
"Sementara Padang, Pariaman dan Padang Pariaman, Agam, Pasaman Barat dan Timur telah sejak lama memiliki akses ke Lintas Tengah dan Timur, atau paling tidak kabupaten atau kota dimaksud lumayan dekat ke Lintas Tengah di banding Pesisir Selatan. Untuk menÂcapai lintas tengah, warga Pesisir Selatan harus mengitari beberpa kabupaten, baru samÂpai ke yang dituju," katanya. Rupanya menurut Nasrul Abit dua lintasan utama di Sumatera tersebut adalah primadona, dan jalur itu harus di kejar jika tidak ingin terÂtinggal. Wajar saja jadi primaÂdona, kawasan di lintasan jalur tengah atau berdekatan dengan lintas tengah beberapa tahun terakhir tampak menunjukkan perkembangan luar biasa, sebut saja Solok, Sawah Lunto, Sijunjung, Bukittinggi, PayaÂkumbuh, Darmasraya dan kini membuntuti pula Solok Selatan.
Sementara kawasan di Lintas Barat nyaris jalan di tempat jika tidak ingin disebut mundur, Padang misalnya ia sudah mati separoh, kemudian Pariaman, Pasaman apalagi Pesisir Selatan yang sudah sejak lama terkubur sebagai kabuÂpaten tertinggal. Proyek pembangunan jalan Bayang-Alahan Panjang sungguh telah menghentak publik Sumbar. Ini adalah jalur yang ditunggu tunggu masyarakat Pesisir Selatan sejak lama, sejak nenek moyangnya turun dari darek. Yang pasti, jalur ini akan mendekatkan Pesisir Selatan ke Lintas Tengah dan timur sebagai pusat ekoÂnomi Sumatera. Nasrul Abit dalam kesempatan itu menyebutkan, ruas jalan Alahan Panjang-Pasar Baru yang meleÂwati kawasan hutan konservasi ini mulai dikerjakan tahun 2011 lalu memanfaatkan dana APBD Sumbar 2011.
Pekerjaan jalan ini mulai pada bagian jalan yang tidak termasuk kawasan hutan. Sebab rekomendasi izin pemanfaatan kawasan hutan untuk pemÂbangunan jalan alternatif Alahan Panjang-Pasar Baru itu baru diperoleh setahun kemudian. Pembangunan jalur alterÂnatif yang sangat didambakan masyarakat kedua daerah ini, diperkirakan menghabiskan dana sebesar Rp100 miliar yang dialokasikan pada tahun jamak. Pada 2011, APBD Sumbar mengalokasikan dana sebesar Rp5,1 miliar untuk pekerjaan pembukaan trase jalan dan pembentukan grade (kelandaian ideal jalan) sepanÂjang 6 km.
Kontrak kerjanya dijadwalkan selesai awal 2012. Pada jalur ini nantinya juga akan dipasang rambu-rambu khusus yang mengingatkan masyarakat, diantaranya dilaÂrang adanya pemukiman penÂduduk di sekitar kawasan hutan lindung, aktifitas perdagangan seperti warung atau rumah makan, dan ketentuan khusus lainnya. "Semua berharap pembaÂngunan jalur yang satu ini tidak terkendala seperti jalur KamÂbura (Kambang - Muara LaÂbuh), karena masalah yang dihadapi tidak serumit KamÂbang - Muara labuh.
Setelah dekat ke lintas tengah, maka target "kami" di lintasan barat adalah bagaimana dekat menuju Lintas Timur yang saat ini menjadi pusat perekonomian Pulau Sumatera. Semakin jauh dari Lintas Tengah dan Timur, maka semakin tertinggallah daerah tersebut," katanya. Di ruas yang sedang diÂbangun itu, potensi besar yang menunggu adalah segitiga pariwisata Sumbar, yakni Bukit Tinggi, Danau Kembar, dan Pesisir Selatan dengan Titianakar, Air Terjun Bayang Sani, terus Kawasan Mandeh Tarusan. Pesisir Selatan akan terlepas dari kunkungan jalan tunggal Lintas Barat yang menjemukan.
Terlepas dari soal pariwisata, maka jalur ini adalah jalur penting bagi bergeraknya perÂekonomian, suplai barang dari luar dan ke Pesisir Selatan akan lebih mudah dan berbiaya murah. "Sebuah mimpi besar itu telah didepan mata," kata Nasrul Abit. Rombongan sampai di Alahan Panjang sekitar pukul 14.00 WIB. Turut serta dalam kegiatan tersebut Sekda Pessel Erizon, Kepala DKP Yoski W, Kepala Dinas PU Era Sukma Munaf, Kepala BPBD Pri Nurdin dan sejumlah pimpinan SKPD. Selain itu rombongan juga diikuti Kapolres Pessel Toto Fajar Prasetiyo, Dandim 0311 Pessel Letkol Inf Joko M.
Penulis:
MsrPd - Administrator