Pagi hari sekitar pukul 06.30 Wib lelaki ini telah berada di Dermaga Cerocok Tarusan ,lelaki ini bukan untuk mau membeli ikan atau mau olahraga pagi namun lelaki yang bernama Nasrijon menunggu teman lainnya untuk bisa pergi mengajar ke Kenagarian Sei Nyalo Mudik air Kecamatan Koto XI Tarusan.
Nasrijon adalah seorang kepala sekolah di SDN 15 Sei Nyalo yang setiap harinya harus mengunakan perahu /boat untuk bisa sampai ke sekolahnya. Dengan guru guru lainnya yang berjumlah 27 orang, 17 diantaranya adalah guru SMP dan selebihnya adalah guru SDN 15 Sei Nyalo.
Pria kelahiran 5 Mei 1968 ini menceritakan pengalamannya menjadi guru di daerah yang jauh dari daerah luar ,daerah yang hanya bisa dilalui oleh jalur laut sebab jalur daratnya masih belum layak untuk dilalui setiap harinya.
Setiap harinya ayah tiga orang anak ini memang harus setiap hari ke sekolah karena jabatannya sebagai kepala sekolah,namun semua itu bagi dirinya bukan masalah sebab sebelum ditempatkan di SDN 15 Sei Nyalo dia juga pernah menjadi tenaga honorer hingga diangkat menjadi PNS di daerah Solok Selatan di daerah tranmigrsi yang kondisi daerahnya tidak berbeda jauh dengan sekolahnya yang sekarang yang masih minim sarana dan prasarana pendukung terutama akses jalan.
"Bagi saya jabatan adalah amanah,jadi dimanapun kita ditugaskan jika kita menjalaninya dengan ikhlas maka semuanya akan mudah untuk dilakukan dan tidak ada beban," ujarnya
Dijelaskannya di Kenagarian Sei Nyalo ini ada 2 sekoah yaitu SDN 15 Sei Nyalo yang jumlah muridnya 123 siswa dengan 6 rombongan belajar. Dengan tenaga pengajar 11 orang , 7 diantaranya adalah PNS sisanya adalah tenaga honor.
Ketika ditanya apakah ada ketakutan dalam dirinya yang harus setiap hari menyeberangi lautan untuk sampai kesekolahyang harus berhadapan dengan badai,gelombang laut dan mesin kapal yang harus mati mendadak dan terombang ambing ditengah lautan. Nasrijon cuma tersenyum sebab semua itu pernah dialaminya dan guru guru yang lainnya, tetapi dia dan guru lainnya menyerahkan semuanya kepada pencipta .
Pernah dahulunya ditengah lautan ombak yang tinggi disertai badai sehingga boat yang ditumpanginya mengalami kesulitan sehingga kapal yang mereka tumpangi harus tersandar kepinggiran karang. Rasa takut dan cemas mendera mereka. " Tapi allamdulilah kami semua selamat," ujarnya
Selain itu hambatan lain yang juga sering mereka temui adalah , ketika mereka akan berangkat kesekolah hujan dan badai di pagi hari dan kapal tidak berani melaut,mereka juga terpaksa mengurungkan diri untuk bisa pergi sekolah,akibatnya murid murid juga terpaksa tidaksekolah (diliburkan). atau ketika mereka harus kembali ke daratan setelah selesai mengajar, juga di hambat badai , hujan dan gelombang mereka juga harus terpaksa menungu hingga semuanya reda.
"Tidak jarang kami harus menunggu lama saampai semuanya reda,akibatnya rasa lapar dan lelah harus ditahan. Kami terpaksa menunggu sampai sore untuk bisa kembali kedaratan,tentunya keluarga menunggu kami dengan cemas. Mau menelpon tidak ada jaringan" ujarnya
Selain tantangan maut setiap harinya mereka untuk pergi mengajar keterbatasan sarana dan prasarana akan kembali menjadi masalah.Sebut saja kondisi SDN 15 Sei Nyalo ini masih kekurangan lokal kelas sehingga siswa kelas 1 dan kelas 2 berganti masuk lokal dan tidak adanya ruang pustaka dan buku buku bacaan.
"Padahal daerah ini tidak memiliki jaringan telekomonikasi yang bisa membuat warga bisa berhubungan dengan masyarakat luar .pengetahuan para siswa hanya didapatkan oleh mereka dari pelajaran sekolah belaka,maka jika ada bacaan tentu pengetahuan siswa sedikitnya bisa bertambah," ujarnya
Tapi Nasrijon tetap semangat,bahkan dengan semangatnya ini pada tahun 2014 lalu dia terpilih menjadi salah satu kepala sekolah berprestasi tingkat Kabupaten Pessel.Sebab dinilai sebagai pendidik yang mampu mengubah rona pendidikan terutama didaerah terisolir dan jauh dari ibu kota kecamatan .
Kondisi yang dialami oleh Nasrijon sama dengan kondisi Kepala SMP 6 Tarusan Gusman, sebagai seorang kepala sekolah yang juga berada didaerah terisolir setiap harinya dia harus mengunakan perahu untuk sampai kesekolah bersama dengan majelis guru lainnya.
Gusman juga dihadapi permasalahan keterbatasa sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai. ketika melihat langsung kondisi sekolah ini,sebagian kaca kaca dan konsen sekolah telah pecah dan rusak. Bahkan tidak ada jaringan listrik disekolah ini . Padahal sebagai sekolah lanjutan pertama perlu adanya labor,atau ruangan lainnya yang butuh tenaga listrik.
"Jaringan listrik telah masuk kekawasan ini,namun tidakbisa dialiri kesekolah karena aliran listrik yang melewati sekolah ini tegangan tinggi sehingga perlu adanya sebuah travo untuk bisa mengaliri aliran listrik ke seklah ini itu alasan PLN ketika kita memasuki permohonan agar sekolah ini dialiri listrik," ujarnya
Jumlah siswa di SMP ini 151 orang ,100 siswa berasal dari kenagarian Mandeh dan 51 dari kenagarian Sei Nyalo dengan memiliki tenaga pengajar 12 orang guru PNSdan 9 orang tenaga honor.