Kenagarian Limau Gadang secara geografis paling tinggi posisinya dibanding kenagarian lainnya di Pesisir Selatan. Nagari ini berada sekitar 1000-1200 meter diatas permukaan laut, kampung dan dusun berada di puncak bukit dan bergelombang pula. Jika ditarik benang lurus mendatar, posisinya nyaris sejajar dengan Alahan Panjang, Kab Solok. Berpenduduk sekitar 1400 jiwa atau 334 Kepala Keluarga Nagari tersebut selama ini masih terjebak ketertinggalan, kemiskinan dan keterisolasian.
Suasana dingin bisa dirasakan di daerah ini, suhu bisa mencapai 18 derajad celsius. Bila sore datang, angin Danau Diatas, Alahan Panjang yang berhawa dingin akan berhembus menembus lembah dan menusuk ke Limau Gadang dan saat itu persis suhunya mirip Alahan Panjang.
Nagari ini adalah nagari pemekaran dari kenagarian induk yaitu Nagari Pancung Taba yang berada jauh dibawahnya. Jika ditarik benang tegak lurus, maka perbedaan ketinggannya sekitar 700 meter. Pancuang Taba terlihat sangat kecil dari Limau Gadang. Awan mengandung hujanpun terkadang mendarat dipinggang bukit dibawah nagari Limau Gadang. Diibaratkan, nagari baru ini adalah nagari "diatas awan".
Walinagari Limau Gadang Azwir mengungkapkan daerah ini 90 persen masyarakatnya adalah bertani sawah dan pekerbunan. Potensi tani seperti casievera,kemiri,pala,dan tanaman lainnya tumbuh subur.
Namun banyaknya potensi yang didaerah ini tidak tergarap maksimal.Semuanya itu disebabkan kondisi jalan dan transportasi masyarakat yan sangat sulit. Sebab nagari ini menjadi daerah langanan longsor. apalagi jika hujan longsor tidak segan segan menghampiri daerah ini.
Akibatnya warga akan kesulitan untuk menjual hasil panen mereka ke pasar kecamatan. Menurut Azwir ada beberapa titik kawasan dinagarinya yangv kondisi jalannya sudah kritis yang mana kendaraan roda empat mulai takut untuk melewati jalan tersebut. sebab sebagian badan jalannya sudah mulai terban .
Dari pantauan Padang Ekspres kondisi jalan di kenagarian ini persis berada di pinggir perbukitan dan dipinggir jurang yang kedalamannya bisa mencapai 100 meter. Jika tidak berpengalaman melewati kondisi jalan seperti itu maka ada baiknya tidak melewati saja karena ditakutkan akan jatuh kejurang yang memang kondisinya sedikit miring.
Semenjak material longsor menimbun badan jalan, warga sangat kesulitan untuk menjual hasil pertanian mereka yaitu ke arah Pasar Asam Kumbang di pusat kecamatan.Maka untuk memenuhi kebutuhan, warga disana harus mengutus orang yang ahli melewati longsoran itu. Perekonomian nyaris lumpuh di nagari karena akses jalan yang buruk tersebut.
"Semenjak jalan tertimbun longsor sepanjang 50 meter warga sangat kesulitan sekali.baik itu dalam pemenuhi kebutuhan sehari hari maupun untuk kebutuhan lainnya padahal tidak ada jalan alternatif dari Limau Limau dan hanya ini jalan satu satunya," ujarnya
Lebih lanjut dikatakannya, warga harus mengeluarkan biaya yang besar jika harus membawa hasil pertanian mereka ke pasar. baik itu biaya angkut,ongkos dan lainnya. Dan biaya yang dikeluarkan itu tidak sepadan dengan hasil penjualan yang didapatkan
Biaya yang harus dikeluarkan warga untuk membawa hasil tani mereka sekitar Rp 50 ribu bahkan bisa lebih sedangkan hasil penjualan belum tentu lebih besar.
"Boleh dikata lebih besar biaya angkut ketimbang hasil. Untuk turun kebawah atau
ke ibu kecamatan warga Limau Gadang harus merogoh kantong Rp75 ribu, itu hanya untuk ongkos, belum lagi biaya makan dan sebagainya. Demikian sulitnya sarana transportasi di nagari tertinggal itu. Belum lagi jika disebut fasilitas lainnnya, tentu banyak yang kurang," ujarnya
Azwir menambahkan selain kondisi jalan yang sulit masyarakat ini juga kesulitan untuk mendapatkan bibit dan bantuan lainnya.seperti bibit pala warga harus mengeluarkan biaya besar untuk bisa mendapatkan bibit tersebut dan dibidang peternakan daerah ini sangat potensial juga untuk mengembangkan peternakan sapi jenis simental atau jenis unggul lainnya karena makanandan alam daerah ini mendukung sekali jika dikembangkan di daerah ini.
"Kita juga kesulitan untuk mendapatkan bibit pala untuk regenerasi tanaman lama begitu juga untuk mendapatkan bantuan program sapi simental atau jenis sapi unggul lainnya hingga kini kita tiak pernah mendapatkannya, padahal daerah ini sangat potensi untuk pengembangannya,"ujarnya
Karena itulah warga sangat berharap perhatian dari pemerintah daerah bisa lebih diarahkan kepada daerah ini. Masyarakat sudah sering berswadaya untuk membersihkan badan jalan dari longsor.Namun kejadian serupa berupa longsor akan kembali terjadi jika curah hujan tinggi lagi.
"Kita berharap perbaikan jalan tersebut secara permanen bisa dilakukan,agar kesulitan warga kenagarian ini tidak lagi dirasakan ,Karena itu pemerintah, perlu melengkapi berbagai fasilitas penunjang. Misalnya jalan penghubung dari Pancuang Taba ke Limau Limau yang sangat sangat buruk disamping sarana lainnya seperti sarana kesehatan,pendidikan," Harapnya (07)