Sepintas penampilan Arrahim Ramahdan balita 13 bulan ini bermain dilantai kantor Bupati Pessel tampak normal. Memegang apa saja yang ada didepannya sama seperti anak seusianya . Namun siapa sangka, di balik wajahnya yang lugu, anak ini mempunyai kelainan. Dia tidak punya lubang anus sejak lahir.
Dengan menggendong anaknya, Iin Lismanis 27 Ampalu Surantih Kecamatan Sutera Selasa (8/9) kemarin mencoba ke ruang Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Pesisir Selatan, namun sesampainya diruangan tersebut ternyata anggota BAZ tidak ada ditempat. Dengan nada sedih wanita ini duduk didepan ruangan BAZ tersebut yang memang berada di dalam lingkup kantor Bupati Pessel. Kedatangan wanita ini ke BAZ guna mencari bantuan untuk pengobatan anak keduanya Arrahim Ramadan 13 bulan yang sejak lahir terlahir tidak memiliki anus ( Atresia ani).
Diceritakannya kesulitan yang dialaminya tersebut. Iin pangilan wanita ini tidak memiliki firasat kalau anak keduanya terlahir tidak memiliki anus, dia mengetahui ketika anaknya berumur 2 hari.
Untuk bisa anaknya buang air besar maka pada usia 3 hari dilakukan operasi . Karena tidak memiliki kartu jaminan kesehatan terpaksa dia harus membayar sebesar Rp 27 juta , sebagian biaya dipinjamnya dari koperasi di daerahnya dan bantuan dari donatur. Sampai saat ini, pinjaman dari koperasi itu belum bisa dilunasinya.
Proses operasi dilaksanakan secara bertahap-tahap, dimana setelah operasi pertama dilanjutkan pada operasi keduanya pada saat Arrahin berusia 8 bulan, dan biaya operasi menjadi kendala. Dengan bantuan BPJS dan donatur maka operasi kedua ini dapat dilaksanakan.
Akan tetapi sekarang ini bekas operasi sebelumnya mengalami infeksi yang harus segera dioperasi kembali. Namun Iin mengaku kembali mengalami kesulitan memperoleh biaya untuk mengupayakan operasi pembuatan lubang anus yang mencapai puluhan juta rupiah.
Iin mengaku tak henti-hentinya menitikan air mata ketika menatap wajah anak kesayangannya itu. Di usianya yang masih kecil mengalami ketidaknormalan. Sekarang anaknya sring rewel dan menanggis karena merasa sakit dibagian perutnya.
"Saya ingin melihat anak saya sembuh dan sama seperti anak anak yang lain. tapi sudah tak bisa ngomong apa-apa karena uang tak punya untuk biaya operasi. Saya hanya bisa sabar," ucapnya.
Wanita ini berasal dari keluarga tidak mampu , Suaminya Budi semenjak operasi pertama pergi merantau hingga kini tidak kembali. Menurutnya kepergian suaminya tersebut untuk mencari biaya pengobatan anaknya,namun hingga kini tidak kunjung kembali. Iin tinggal bersama dengan orang tuanya yang sudah tua dan juga mengalami keterbatasan pisik. untuk makan sehari harinya wanita ini menunggu belas kasihan saudara dan masyarakat sekitarnya .
"Untuk pergi ke Painan ini saja saya mendapatkan bantuan dari orang kecamatan , dimana mereka mengumpulkan ongkos agar saya bisa sampai ke Painan. Setelah sampai ke RSUD M Zein , mereka mengatakan anak ini harus segera di operasi karena bekas luka-nya sudah infeksi," ujarnya sambil menangis
Keputusan untuk mengoperasi anaknya tersebut harus segera dilakukan, akan tetapi ketika wanita ini kembali ke RSUD M Jamil Padang, menurutnya orang rumah sakit mengatakan kalau untuk operasi anaknya tidak bisa dilakukan segera dan masuk daftar tunggu.
"Saya merasa kasihan melihat anak saya ini , setiap saat menangis karena bekas operasinya tersebut telah memerah dan infeksi ," ujarnya
Hidup dari belas kasih orang lain ternyata menjadi pikiran juga bagi Iin, sebab ketika dia mendapat jatah anaknya untuk segera dioperasi dia mengalami kesulitan biaya sehari sehari di rumah sakit .Sebab kendati biaya pengobatannya ditanggung oleh BPJS tetap saja dia harus membeli beberapa obat diluar biaya tanggung BPJS yang biayanya juga sangat besar.
Kesulitan Iin tidak hanya keterbatasan biaya untuk pengobatan anaknya, ternyata pembayaran BPJS sudah 4 bulan menunggak. Sehingga dia mengalami kesulitan ketika berurusan di Rumah sakit."Kami juga mohon bantuan kepada para dermawan untuk membantu mengobati anak saya," ucap Iin disela tangisannya .