Amlis Guru Tari Yang Masih Mempertahankan Tradisi

24 Oct 2016 1042 x Dibaca

Kesenian tradisi tidak begitu diminati oleh anak muda,padahal dalam sebuah karya tradisi mengandung makna yang sangat besar yaitu kebersamaan, goto royong dan nilai sosial yang tinggi.Dan kesenian tradisi juga kalah saingnya dengan kesenian tari kreasi

Malam ini Pukul 20.00 wib sekitar 15 orang anak muda berusia berkisar 10-25 tahun berkumpul di sebuah rumah semi permanen di Painan timur Kecamatan IV Jurai  dengan hanya diterangi seadanya mereka itu meliuk liukan badan dan tangannya seperti orang bela diri .Mereka itu adalah sekumpulan pemuda yang juga tidak jauh tinggalnya dari rumah tersebut, diiringi musik dari sebuah gendang sederhana pada malam itu mereka sedang latihan  tari tradisi yang diajarkan oleh seorang guru tari yang bernama Amlis Malin Sati (68).

Amlis telah lama menjadi guru tari tradisi, ilmu tari yang didapatkannya berasal dari belajar dari beberapa guru tari semenjak lelaki ini berumur 10 tahun.Berbagai seni tari tradisi dikuasainya diantaranya adalah Tari Bentan,Ratak Kudo,Buai Buai, Sikambang,Tari Kain ,Tari Jalo, Tari Sapu Tangan dan beberapa tari lainnya . 

Suami Yusnidar 61 ini hanya mengenyam pendidikan hingga Sekolah Dasar, namun dengan keahliannya menari telah membuatnya berkelana keberbagai daerah seperti Medan,Pekan Baru, Bandung, Jakarta untuk menampilkan beberapa tari tradisi, bahkan dia sering juga diminta oleh perguruan tinggi untuk memberikan pengetahuan  terkait sejarah dan cara menari tradisi.Banyak prestasi dan penghargaan yang diraihnya

Ayah 5 orang anak ini menceritakan perjalannnya sebagai guru tari tak berbayar.Dia dengan suka rela menurunkan kepandaiannya kepada siapa saja yang ingin belajar menari tradisi kepadanya. Memang Amlis terkenal banyak oleh orang banyak sebagai guru tari yang tidak pelit untuk berbagi ilmu. Bahkan ketika memberikan pelajaran tari kepada muridnya dia tidak memunggut biaya,semua ilmu yang diberikannya itu secara cuma cuma belaka.

Sengaja tari Tradisi dipertahankan oleh Amlis karena dia ingin mempertahankan kesenian trasional yang telah mulai dipinggirkan  bahkan mulai dilupakan dan diganti oleh tari tari kreasi baru, padahal menurutnya didalam tari tradisi banyak makna didalamnya diantaranya kebersamaan, gotong royong dan sosial.Salah satu favorit tari yang masih dijaga betul oleh Amlis kekhassnya adalah Tali Ratak Kudo, sebuah tali yang menampilkan gerakan seperti ratak kludo yang diibaratkan sekelompok masyarakat yang masih mempertahankan jiwa gootng royong dalam kehidupan.Semua masalah dalam kehidupan bermansyarakat bisa selesai jika diselesaikan secara bersama sama. 

Amlis menilai generasi muda kurang minat meperlajaran kesenian tradisional  adalah hal yang salah, sebab  Kebudayaan tradisional merupakan jatidiri bangsa yang dicerminkan melalui kehasan tarian, tradisi,pakaian ataupun seni lainnya. Namun sangat disayangkan bila kebudayaan tersebut harus tergeserkan dengan kebudayaan modern.Banyak generasi muda sebagai penerus bangsa yang seharusnya mewarisi kultur budaya negarannya sendiri seharusnya lebih memiliki rasa memiliki dan ingin belajar sebagai aspek pendukung pelestarian kebudayaan tradisional, namun sebaliknya mereka lebih  menyukai kebudayaan modern yang menurut mereka lebih gaul dan tidak ketinggalan jaman

"Mungkin karena kebudayaan tradisional bersifat statis (Tidak berkembang) dan inilah barang kali yang menimbulkan kebosanan generasi muda untuk mempelajari kesenian tradisional . 

Pada tahun 2000 Amlis mendirikan sebuah sangar tari dengan nama Ambun Timbulun,namun sanggar tari itu tidak bertahan lama karena keterbatasan sarana dan prasarana. Sanggar itu ibarat mati suri, hanya  beraktifitas ketika ada panggilan pementasan atau adanya lomba lomba kalau tidak event maka Amlis kembali kepada pekerjaaan nya yaitu sebagai seorang petani. "Sampai sekarang sanggar ini pun masih jarang beraktifitas,kami mengiatkan latihan ketika ada pementasan,lomba atau kegiatan budaya baik yang diadakan oleh Pemkab atau oleh nagari, kalau tidak aktifitas  sanggar sama sekali tidak ada," ujarnya 

Selain itu faktor yang menjadi faktor tidak berkembangkan sanggar adalah jarangnya perlombaan tari tradisonal pada event event yang diadakan, bahkan yang sering diperlombaan adalah tari kreasi bukan tari tradisi seperti tsarian yang diajarkan oleh sanggarnya."Maka mau tak mau kami terpaksa merombak tarian dan mengkreasikan sesuai dengan permintaan lomba,kalau tidak maka kami tidak akan pernah mengikuti lomba,kendati begitu kreasi itu hanya sebatas itu saja,setelah itu kreasi itu hilang dan kami kembali ke tari trasdisi kami karena kami ingin mepertahankan tradisi," ujarnya 

Amris menambahkan di Kabupaten Pessel banyak berdiri sangar sangar yang mengajarkan tari tradisi dan sanggar itu sama kondisinya dengan sanggar miliknya , kurangnya pembinaan ,tidak adanya regenerasi hingga keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki dan sedikitnya event event budaya yang memperlombakan tari tradisi. 

"Kita hanya di pakai ketika adanya perta perkawinan, acara kenagarian sedangkan untuk event yang lebih besar lebih banyak menampilkan tari kreasi ,karena kalah saing tersebut membuat sanggar ini dan sanggar lainnya mati suri," ujarnya 

Disamping itu kendala yang masih menjadi kendala utama beraktifitas sanggar ini adalah keterbatasan alat musik yang dimilikinya. Dia hanya melatih muridnya dengan gendang yang itupun dibuatnya sendiri dari kulit Kambing."Kami telah mencoba membeli alaty musik tari lainnya seperti Talempong namun hanganya sangat mahal, kami tidak mempunyai uang karena untuk pementasan saja kami masih menyewa baju ditambah biaya lainnya yang kami dapat dari patungan bersama," ujarnya 

Walaupun banyaknya persoalan yang menjadi hambatan sanggarnya berkembang ,Amlis tidak pernah patah semangat dengan semua keterbatasan dan perkembangan sanggarnya tersebut sebab dia akan terus mempertahankan tari tradisi ini sampai akhir ayatnya.Berkat kegigihannya itu baru baru ini Pemerintah Kenagarian Painan Timur memberikan bantuan seragam tari kepada sanggarnya dengan harapan  agar Sanggar ini bisa kembali aktif dan bisa mengikuti perlombaan tanpa harus terkendala pakaian tari yang harus disewa. Amlis juga berharap sanggar yang dimilikinya itu bisa berkembang dengan sarana dan prasarana yang lengkap, memiliki alat musik yang lengkap, pakaian tari yang beragam .

"Semoga saja sanggar ini mampu bekembang dan bisa diregenerasikan kepada generasi muda,sehingga kesenian tradisi ini tidak hilang begitu saja terutama tari tarian tradisi yang memiliki banyak makna kebersamaan," ujarnya

Penulis: Elfi Mahyuni, S.H
Berikan Reaksi Anda:

Komentar

Belum ada komentar.

Share :

Kategori

Please enter your name.
Please enter a valid email.
Please write a comment.